KBR, Cilacap – Petani di Kawunganten Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mengembangkan gula nipah untuk menyuplai kebutuhan gula alternatif selain gula pasir dan gula kelapa. Gula tersebut digunakan memenuhi kebutuhan warga dan pabrik kecap.
Salah seorang pengrajin gula nipah, Mitro mengatakan kelebihan gula nipah adalah rasa manis dan asin yang asli. Rasa asin didapat lantaran nipah tumbuh di kawasan mangrove yang memiliki air payau. Kata dia, asin pada gula nipah membuat citarasanya lebih istimewa.
Selain rasa yang berbeda, gula nipah dijual lebih murah dibanding gula kelapa. Saat ini harga gula kelapa di tingkat petani berkisar Rp12.000. Sedangkan gula nipah hanya dijual Rp10.000 per kilogram.
Mitro bercerita mulai menderes nipah sejak setahun terakhir setelah penghasilan sebagai nelayan sungai sudah tidak menjanjikan.
Kelebihan Gula Nipah
Kelebihan gula nipah, menurut Mitro, tingkat kemanisannya lebih tinggi dibanding gula kelapa. "Kelebihannya, tingkat manisnya masih manis gula kelapa. Rasa semu asinnya ‘ketera’ atau jelas terasa, asin sedikit. Cuma perbedaannya kalau gula nipah ada perbedaan di niranya. Gula kepala itu niranya kurang. Tapi kalau gula nipah, kerena nipah dekat dengan air payau kadar airnya lebih banyak. Jadi kalau perbandingan sama-sama 10 liter nira kelapa dan nipah, jadi gulanya," jelas Mitro di Cilacap, Sabtu (30/4/2016).
Sementara, Kepala Desa Ujungmanik Kecamatan Kawunganten, Sugeng Budiarto mengatakan di desanya terdapat lebih dari 100 penderes nipah yang aktif. Dalam sepekan, gula nipah yang dihasilkan mencapai empat ton. Para pengepul mengambil gula nipah untuk dikirim ke pabrik kecap.
Sugeng menjelaskan, nipah tumbuh di sepanjang bantaran sungai pasang surut di Kawunganten. Tanaman tersebut merupakan endemik di kawasan hutan mangrove. Ia mengklaim, potensi gula nipah masih bisa ditingkatkan. Sebab hutan nipah masih tersedia ratusan hektar di kawasan laguna segara anakan.
Editor: Nurika Manan