KBR, Bondowoso - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur menyarankan Pemkab Bondowoso tidak setengah-setengah dalam hal mengembangkan pariwisata lokal.
Ketua PHRI Jawa Timur, Muhammad Soleh mengatakan, selama ini pemkab belum maksimal mengelola sektor pariwisata di Bondowoso utamanya infrastruktur. Hal ini membuat Bondowoso cenderung tertinggal dengan kabupaten lain.
"Pemkab harus gila dalam hal mengelola wisata. Penting memperhatikan faktor pendukung seperti akses jalan, rambu rambu penunjuk, sarana transportasi yang mudah. Seperti pengelolaan wisata di Kawah Wurung paling tidak ada fasilitas standar saja, seperti toilet, tempat sampah, tempat makan," kata Muhammad Soleh saat dihubungi KBR, Senin (20/4/2015).
Selain itu, diperlukan promosi secara terus menerus oleh pemkab untuk memperkenalkan berbagai objek wisata yang ada di Bondowoso.
Selama ini, banyak kepala daerah yang menjadikan minimnya anggaran sebagai alasan kurang maksimalnya promosi pariwisata. Padahal, kata Sholeh, promosi pariwisata tidak selalu soal anggaran. Selain itu, penting untuk bekerjasama dengan travel agen agar bisa mempromosikan Bondowoso ke pasar luas.
"Sekarang sudah banyak cara yang mudah untuk promosi seperti memanfaatkan sosial media. Bisa juga dengan buat acara yang menarik sehingga punya nilai berita yang besar, dampaknya nanti akan diliput media nasional," pungkasnya.
PHRI juga mengingatkan pemkab pentingnya membangun pariwisata yang berkualitas dengan membangun image positif yang sesuai dengan fakta. Dikatakan Sholeh, jangan sampai wisatawan kecewa dengan promosi yang gencar, namun tidak sesuai dengan yang ditemui dilapangan sehingga enggan kembali.
Bahkan Sholeh menyarankan pemkab untuk bekerjasama dengan pihak ketiga jika tidak mampu mengelola berbagai objek wisata yang ada. Menurutnya, ada banyak objek wisata yang maju dan mampu memberikan pemasukan kepada daerah setelah dikelola oleh investor.
"Daripada dikelola pemerintah tapi akhirnya yang datang hanya masyarakat lokal saja, lebih baik dikelola oleh pihak ketiga. Seperti museum angkut harga tiket Rp.100 ribu tapi yang mau masuk antri panjang sekali," ujarnya.
PHRI mencatat, kunjungan wisatawan mancanegara di Jawa Timur masih tergolong rendah. Kunjungan wisatawan mancanegara di Jawa Timur hanya berada pada kisaran 250 - 300 ribu pe rtahun. Angka tersebut berada di urutan ke 6 di bawah Jakarta, Bali dan Batam. Padahal, ada sekitar 700 destinasi wisata alam dan buatan yang tersebar di Jawa Timur.
Editor: Antonius Eko