KBR, Bondowoso – Belum mengalirnya listrik di 18 titik yang mendapat program bantuan listrik pedesaan senilai Rp 5 miliar di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur menuai kritik dari berbagai pihak.
Kepala Bagian Perekonomian, Muhammad Halil berdalih belum mengalirnya listrik dikarenakan masyarakat menolak untuk menebang pohon yang berpotensi mengganggu arus listrik. Selain itu, banyak tiang listrik yang perlu perbaikan karena kondisinya rusak.
“Terkait masalah pengaliran arus listrik sedang kita evaluasi lagi seperti penebangan pohon. Masyarakat awalnya sudah sepakat ditebang, tapi sekarang menolak ditebang. Kita tidak bisa main tebang sembarangan. Selain itu, kita minta kepada rekanan untuk memperbaiki tiang listrik yang rusak,” kata Muhammad Halil saat dihibungi KBR, Selasa (14/4/2015).
Menurut Halil, jika listrik dipaksa dialirkan ke rumah warga, akan berisiko terjadi pemadaman dan konsleting akibat tidak maksimalnya jaringan yang ada. Sampai saat ini, Halil belum bisa memastikan kapan listrik di ke 18 titik tersebut akan menyala.
Seperti diberitakan sebelumnya, Program listrik desa yang menelan dana hingga Rp 5 miliar lebih di Bondowoso hingga saat ini ternyata belum menyala. Hal ini diketahui saat Komisi II DPRD Bondowoso melakukan sidak ke beberapa desa penerima program.
Dari 18 Dusun yang mendapat program listrik desa di tahun 2014 lalu, baru dua dusun yang listriknya sudah menyala yaitu Dusun Karang Kotong, Desa Sumber Sari, Kecamatan Maesan dan Desa Jati Tamban Kecamatan Wringin.
Sementara 16 dusun lainnya baru terpasang jaringan. Padahal, program ini sudah menelan anggaran sebesar Rp 5,8 miliar lebih, yang bersumber dari APBD Kabupaten tahun 2014.
Sementara untuk tahun 2015, Bagian Perekonomian Pemkab Bondowoso juga telah mengajukan anggaran sebesar Rp 3,2 miliar untuk memasok listrik di tujuh dusun yaitu Dusun Kebun Kresek, Guweh, Kedawung, Sukobiyung, Pandien, Taman Accem dan Dusun Cangkring.
Editor: Antonius Eko