KBR68H, Pontianak - Pesawat tanpa awak mulai dioperasikan di Provinsi Kalimantan Barat untuk mendukung aktivitas penelitian lingkungan. Peneliti Swadiri Institute-Arif Munandar mengatakan, ada 4 pesawat tanpa awak yang dioperasikan dari jenis fix wing dan helikopter.
Arif Munandar menegaskan, keberadaan pesawat tanpa awak inipun adalah untuk menggantikan fungsi kerja satelit dalam melakukan pemantauan dan foto lokasi lingkungan yang diteliti. Untuk mengoperasikannya hanya dikontrol melalui laptop atau komputer jinjing. Pesawat ini merupakan hasil rakitan dosen berkewarganegaraan Indonesia yang sempat mengajar di salah satu universitas di Jerman.
“Pesawat ini kita rancang auto pilot. Kita tinggal menaikkan pesawat dan semua diperintahkan oleh laptop. Jadi, dikoordinat mana kita suruh terbang maka dia akan memfoto wilayah-wilayah yang kita perintahkan untuk kita petakan. Keluarnya akan jadi seperti foto satelit. Sebenarnya ini alternatif yang kita gunakan, karena melihat bahwa harga foto satelit lumayan sekarang mahal sekali untuk resolusi 1 meter. Dengan adanya drone ini resolusi yang kita dapatkan itu 3 cm. Jadi, jauh lebih tinggi daripada foto satelit," ujar Arif Munandar.
Arif Munandar mengatakan pengoperasian pesawat tanpa awak ini diharapkan mempermudah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti lingkungan di provinsi Kalimantan Barat.
Sebelumnya beberapa negara di benua Eropapun sejak lama telah menggunakan pesawat tanpa awak untuk mendukung pemberian informasi melalui foto-foto kondisi lingkungan yang berhasil dijepret.
Dijelaskan Arif Munandar Ketinggian terbang drone hanya dioperasikan pada jalur terbang aman yakni pada ketinggian 200-400 meter. Meskipun, sebenarnya keempat drone ini dapat terbang dengan ketinggian diatas 1000 meter. Sementara, drone telah diujicobakan di Kabupaten Ketapang.
Editor: Antonius Eko
