KBR68H, Bondowoso – Pemerintah Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur mengembangkan pertanian organik. Bondowoso memperkuat gerakan botanik yang sudah dilakukan sejak 2009.
Bupati Bondowoso, Amin Said Husni mengatakan percepatan pengembangan padi organik akan semakin pesat dengan adanya kolaborasi antara Pemkab Bondowoso dengan Bank Indonesia dan Bank Jatim, Pihak LeSOS Siloleman dan Bulog. Hari ini mereka melakukan penandatanganan MoU untuk kerjasama itu.
"Ini memperkuat gerakan botanik yang sudah dikembangkan. Selama ini hanya dua pihak yaitu pemerintah dan masyarakat. Percepatan pengembangan akan signifikan kalau kita berkolabosari, karena itu kami menggandeng Bank Indonesia dan Bank Jatim untuk permodalan, pihak LeSOS sebagai pemberi sertifikasi pada produk padi organik, dan Bulog yang akan menjadi akses pasar dari padi organik ini,” kata Amin Said Husni, setelah penandatanganan Mou di Pendopo Kabupaten Bondowoso, Kamis (24/4).
Menurutnya, penandatanganan MoU ini sekaligus memastikan ada peningkatan mutu padi organik. Selain itu memastikan petani mendapatkan dukungan permodalan untuk pengembangan usaha tani, dan produk yang dihasilkan bisa dipasarkan dengan baik oleh Bulog.
Sementara itu, Paguyuban Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Kabupaten Bondowoso menyambut gembira penandatanganan MoU ini. Ketua Gapoktan, M. Kholik mengatakan, langkah ini diharapkan semakin memudahkan para petani untuk mengakses permodalan yang selama ini masih dirasa sulit untuk didapatkan.
"Dengan adanya penandatanganan MoU ini paling tidak akses petani untuk tehnologi dan permodalan dipermudah, harus lebih gampang daripada dulu, karena akses perbankan yang sulit," kata Kholik kepada KBR68H.
Pemerintah Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, menargetkan akan menjadi lumbung padi organik pada 2018 mendatang. Untuk merealisasi target tersebut, tahun ini Pemkab Bondowoso menyiapkan anggaran kerja sama dengan pihak Universitas Muhammadiyah Malang untuk sertifikasi dan konversi lahan sekitar Rp 500 juta.
Saat ini Bondowoso telah memiliki 10,3 hektare lahan murni organik di Desa Lombok Kulon, yang telah mendapatkan sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Organik Seloleman (LeSOS). Selain itu sebanyak 25 hektare lahan juga dalam tahap konversi untuk menjadi lahan yang murni organik.
Wisata organik
Selain mengembangkan pertanian organik, Pemkab Bondowoso juga mengembangkan desa wisata dengan konsep murni organik di Desa Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari. Amin Said Husni mengatakan, pengembangan desa wisata organik ini merupakan inisiatif dari masyarakat sekitar. Wisata organik ini menawarkan semua hal mulai dari padi, sayuran, hingga ikan organik yang siap konsumsi.
"Ada program desa wisata, dan di Lombok kulon itu kebetulan didongkrak oleh potensi perikanan lele. Di desa lain juga nanti akan kami kembangkan dengan mengangkat potensi lokal yang diberi sentuhan kepariwisataan," kata Amin.
Pengembangan desa wisata dengan konsep organik ini merupakan salah satu cara Bondowoso untuk mengenalkan objek wisata baru bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Dengan memanfaatkan kearifan budaya lokal, bupati berharap akan memberikan dampak yang luas kepada masyarakat di sekitar desa wisata tersebut.
Desa wisata organik yang berada di Desa Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari ini menawarkan berbagai macam paket wisata organik yang bisa dipilih oleh wisatawan.
Paket wisata itu di antaranya adopsi pohon, bersepeda keliling desa, pertanian organik, perikanan organik, kuliner organik tradisional, serta rumah organik.
Editor: Pebriansyah Ariefana