KBR68H, Rembang- Warga desa Watupecah, Kragan, Rembang lima hari terakhir ini semakin resah oleh adanya serangan babi hutan atau celeng. Mereka yang sering datang secara berkelompok mulai malam sampai dini hari bahkan sudah mendekati kawasan permukiman penduduk.
Sekretaris Desa Watupecah, Kismu menjelaskan di desanya terdapat 194 kepala keluarga, tersebar di dusun Bangkok, Ngrojo, Dukuh Kulon dan Dukuh Wetan. Kondisi paling mengkhawatirkan berada di sebelah utara Dusun Ngrojo dan Dukuh Kulon.
Kawanan babi hutan tidak hanya merusak tanaman pisang, ketela, kacang dan pepaya, tetapi beberapa kali ketahuan di pinggiran kampung, sehingga warga takut menjadi korban, kalau nantinya langsung diseruduk.
Kismu menambahkan masyarakat setempat belum mempunyai cara manjur, untuk mengatasi banyaknya babi hutan. Pemerintah desa telah melaporkan masalah ini kepada Muspika Kragan. Sempat ada pengecekan dari anggota Koramil, tetapi belum ditindaklanjuti melalui penangkapan massal.
Desa Watupecah termasuk salah satu daerah pelosok, di puncak pegunungan, berbatasan langsung dengan desa Terjan dan Sendang Kec. Kragan. Kanan kiri kampung, didominasi tanaman sengon, jati, mahoni dan lahan tegalan warga.
Seorang anggota Kodim Rembang yang biasa berburu, Surahmin membenarkan daerah Watupecah memang masih banyak populasi babi hutan. Sementara ini senjata milik anggota Persatuan Menembak Dan Berburu Indonesia digudangkan dulu, karena mempertimbangkan faktor keamanan.
Untuk mengatasi babi hutan, ia belakangan menggunakan cara penjebakan. Pengalaman tersebut didapatkan ketika masih bertugas di Papua. Hasilnya, baru baru ini berhasil menjebak seekor babi hutan di sebelah barat desa Mantingan Kec. Bulu. Cukup dengan modal kabel kopling sepeda motor Vespa agar lebih kuat mengikat, kaki babi terperangkap masuk ke dalam kabel kopling dan akhirnya menggantung di sela sela pohon. Untuk melumpuhkan babi hutan, kemudian ditombak.
Surahmin menyarankan masyarakat desa Watupecah menggunakan sistem penjebakan tersebut.
Sumber: Radio R2B Rembang