KBR68H, Jakarta- Petani apel Malang di Jawa Timur mengaku kewalahan untuk memenuhi permintaan masyarakat seluruh Indonesia.
Peningkatan permintaan itu terjadi setelah berlakunya pembatasan impor produk hortikultura, termasuk buah.
Suharno, salah satu petani apel Malang mengatakan salah satu kendala dalam pemenuhan permintaan itu adalah cuaca buruk.
"Kita sementara tidak bisa memenuhi kebutuhan pasar. Soalnya produktifitas apel berkurang. Cuaca sekarang buruk sekali. Banyak buah yang diserang hama sehingga banyak buah yang busuk dan tidak bisa dibawa ke pasar. Mungkin di pasaran ini hanya ada beberapa persen saja buah apel," ujar Suharno saat dihubungi KBR68H.
Salah satu petani apel di Malang Suharno menambahkan mereka hanya bisa mengirim 100 ton apel ke daerah sekitar dan kota besar seperti Jakarta. Mereka berharap pemerintah turun tangan dengan memberikan bantuan bibit yang tahan cuaca buruk.
Pasar buah dan sayuran lokal saat ini kalah bersaing dengan produk hortikultura impor. Aliansi Petani Indonesia menyebutkan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pamor produk buah dan sayuran lokal karena tata niaga yang buruk.
Ketua Departemen Penataan Produksi dan Usaha Tani API Muhammad Rifai mengatakan tata niaga itu di antaranya permasalahan distribusi, infrastruktur dan pungutan di pelabuhan. Karena itu kata dia, pembatasan impor produk hortikultura termasuk buah, seharusnya bisa dijadikan momentum untuk memperbaiki jalur distribusi produk lokal.
Buruknya tata niaga menyebabkan harga buah lokal lebih mahal dari produk impor.