Bagikan:

Penyu Mentawai Diduga Mengandung Logam Berat

Koordinator Pusat Data dan Informasi Penyu Sumatera Barat Universitas Bung Hatta (UBH) Harfiandri Damanhuri menduga, daging penyu yang dikonsumsi masyarakat Mentawai dan menyebabkan kematian empat warga Desa Bosua Sipora Selatan-Mentawai beberapa waktu la

NUSANTARA

Kamis, 04 Apr 2013 12:12 WIB

Penyu Mentawai Diduga Mengandung Logam Berat

Penyu Mentawai

KBR68H, Mentawai  - Koordinator Pusat Data dan Informasi Penyu Sumatera Barat Universitas Bung Hatta (UBH) Harfiandri Damanhuri menduga, daging penyu yang dikonsumsi masyarakat Mentawai dan menyebabkan kematian empat warga Desa Bosua Sipora Selatan-Mentawai beberapa waktu lalu mengandung logam berat. Menurut dia, daging yang teroksidasi bakteri dengan toksisitas logam itu tidak dapat dibunuh kendati dimasak.

”Kebiasaan penyu adalah melintasi laut samudra, ini menyebabkan banyaknya logam berat dalam tubuh penyu, logam itu bisa berasal dari air yang tercemar ataupun adanya resapan tanaman laut yang menjadi konsumsi favorit penyu, seperti rumpun laut, nah tanaman yang satu ini mengandung kadar logam tinggi, sehingga bila terlalu lama maka akan terakumulasi dan mengendap dalam tubuh penyu,” jelas  Harfiandri.

Menurut Harfiandri, racun yang terendap dalam tubuh penyu itu  juga bisa ditularkan juga pada telur penyu yang biasa dikonsumsi masyarakat.

Kasus keracunan penyu ini, menurut Harfiandri, sudah sering terjadi. Tahun 2005, sebanyak 46 orang keracunan di daerah Matobe, empat di antaranya meninggal. Tahun 2006, sebanyak 13 orang meninggal dari 20 jumlah korban di Desa Sagici. Tahun 2010, terjadi tiga kali keracunan. Di Sinakak pada tanggal 9 Maret 2010, sebanyak 111 orang kera¬cunan dan 3 di antaranya meninggal. Di Dusun Mapinang terjadi tanggal 30 Maret, 80 orang jadi korban dan 1 orang meninggal dunia. Disusul Desa Bulasat, 29 orang korban mengalami nasib yang sama.

”Tahun kemarin, terjadi di Sigici, sebanyak 88 orang terkapar dan empat orang me¬ninggal. Berlanjut tahun 2013, sudah terjadi dua kali kasus keracunan termasuk yang sekarang,” jelasnya. Untuk menanggulangi tak berulangnya kasus ini, Harfiandri sepakat harus ada ketegasan pemerintah setempat untuk menghentikan eksploitasi penyu dan pelarangan mengkonsumsi telur penyu.

Berdasarkan data terakhir dihimpun Dinas Kesehatan Mentawai, keseluruhan korban meninggal akibat mengkonsumsi daging penyu itu adalah anak-anak.

Kepala Dinas Kesehatan Mentawai, Warta Siritoitet mengatakan, pihaknya sudah turun ke lokasi guna mengidentifikasi kasus keracunan penyu tersebut. Pihaknya, juga sudah membawa sisa daging penyu untuk dibawa ke Padang guna dilakukan uji laboratorium.

”Kita sudah bawa beberapa potongan daging penyu yang disantap warga Dusun Sao, Desa Bosua, Kecamatan Sipora Selatan. Untuk saat ini, kita belum bisa menjelaskan zat racun yang terkandung dalam daging penyu. Jadi, hasil uji laboratoriumlah yang akan menjawab,” kata Warta

Warta menyebutkan data korban akibat daging penyu beracun itu, adalah tiga orang meninggal di RSUD Mentawai dan seorang lagi di Puskesmas Sipora Selatan. Korban meninggal itu menurut warta adalahnya, Joas, 7, Erwin, 11 bulan, Maikel, 3, Atmojo, 11. Sekarang ada 22 orang korban kritis dirawat RSUD Mentawai, sedangkan 123 korban lainnya dirawat di Puskesmas Kecamatan Sipora Selatan dan di puskesmas mapadegat Sipora Utara.

Sumber: Radio Sasaraina

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending