Bagikan:

Pemulung Kutai Timur: Pemulung Bukan Maling

Menjadi pemandangan biasa di tiap jalan dan gang-gang kecil kota, perkampungan hingga perumahan elit sekalipun, terdapat larangan masuk bagi para pemulung. Entah mengapa profesi seorang pemulung seolah olah menimbulkan kecurigaan bagi sebagian masyarakat.

NUSANTARA

Rabu, 17 Apr 2013 16:40 WIB

Pemulung Kutai Timur: Pemulung Bukan Maling

Pemulung Kutai Timur

KBR68H, Sangatta - Menjadi pemandangan biasa di tiap jalan dan gang-gang kecil kota, perkampungan hingga perumahan elit sekalipun, terdapat larangan masuk bagi para pemulung. Entah mengapa profesi seorang pemulung seolah olah menimbulkan kecurigaan bagi sebagian masyarakat. Kurang jelas didasari alasan apa sehingga pemulung seakan-akan oknum yang perlu diwaspadai.

”Padahal profesi seorang pemulung bukanlah haram, pemulung bukan maling, pemulung bukan teroris dan pemulung bukan orang yang hina, kenapa harus ditakuti. Kalaupun ada yang maling, itu hanya sebagian kecil saja, ”ujar Supardi, salah seorang pemulung Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Jujur saja, kata Supardi, selama bertahun-tahun ia menjadi pemulung di Sangatta, tidak pernah melakukan hal-hal yang ditakuti oleh sebagian masyarakat, baik menjadi seorang maling ataupun melakukan tindak kriminal sekalipun.

”Saya sangat murni memulung, mengambil barang bekas yang sudah di buang dan yang berserakan di jalan. Padahal menurut saya,  dengan adanya saya maka akan saling menguntungkan antara pemilik rumah dengan saya. Dan bahkan sangat membantu pemerintah,” papar Supardi yang hanya lulusan SMP itu.

Lain Supardi lain Yuni Astuti, dia mengatakan, dengan memulung ia  bisa membantu perekonomian keluarganya. Ini ia lakukan lantaran karena tuntutan hidup yang harus dilakukan.

”Mas saya bekerja sebagai pemulung ini karena terpaksa saja, karena tidak ada kerjaan lain. Kalau saya tidak mulung saya mau makan apa. Apalagi ini tuntutan keluarga yang harus saya penuhi, saya harus memberi makan dua anak saya,” kata Yuni.

“Kalaupun ada yang bilang kalau pemulung mencuri barang warga, ya mungkin saja. Tapi kan tidak semua pemulung buruk. Saya saja selama memulung tidak akan mengambil hak orang lain, bahkan saya bertanya terlebih dahulu kepada pemiliknya,” tambah Yuni menyakinkan.

Di tempat berbeda, Agus juga mengatakan, persepsi negatif terhadap pemulung sekiranya di hilangkan dari pikiran masyarakat. Pasalnya, pemulung bukanlah momok yang menakutkan, pemulung bukanlah maling, tetapi pemulung itu pekerjaan yang halal dan bukan haram.

”Jadi sah-sah saja kalu saya memulung, kan bukan haram juga. Apalagi kalau saya memulung, saya tidak hanya memulung biasa saja, tetapi saya juga membeli barang yang mau di jual, seperti kertas, aki, drum, botol, ngapain mas saya maling yang bukan harta saya, saya gini-gini juga tau agama. Kalau mas ada barang sudah ga terpakai yang mau di jual, bilang sama saya,” tambahnya sambil tertawa.

Sumber: Gema Wana Prima

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending