Bagikan:

Dinas Kebudayaan Yogyakarta Teliti Parit Benteng Pertahanan Kraton

KBR68H, Yogyakarta - Dinas Kebudayaan Yogyakarta menerjunkan tim eskvasi dari Jurusan Arkeologi FIB UGM untuk meneliti keberadaan jagang (parit) benteng pertahanan Kraton.

NUSANTARA

Jumat, 19 Apr 2013 13:15 WIB

Dinas Kebudayaan Yogyakarta Teliti Parit Benteng Pertahanan Kraton

parit, kraton, yogyakarta

KBR68H, Yogyakarta - Dinas Kebudayaan Yogyakarta menerjunkan tim eskvasi dari Jurusan Arkeologi FIB UGM untuk meneliti keberadaan jagang (parit) benteng pertahanan Kraton. Hasil dari studi ini digunakan pijakan Pemerintah DIY untuk mengembalikan keberadaan jagang pada 2014 nanti.

Eskavasi ini dilakukan di barat persis Plengkung Nirbaya atau yang lebih dikenal dengan Plengkung Gading. Tim sudah bekerja sejak Senin(15/4). Mereka menggali tanah untuk dibuat jugangan sebanyak tiga buah di lokasi tanah kosong itu. Masing- masing jugangan berkisar 3×3 meter.

Ketika tim bekerja sejak Rabu(17/4, tim sudah mengeduk tanah sedalam dua meter. Menurut Peneliti Arkeologi Rully Andriardi dari Dinas Kebudayaan DIY yang menengok lokasi eskvasi, selama ini tidak ditemukan literatur resmi terkait keberadaan jagang tersebut.

Dalam tiga hari bekerja, menurut Rully, tim belum mendapatkan bukti kuat seperti artefak atau lain sebagainya yang dapat menunjukkan lebar dan kedalaman jagang. Rully mengatakan, acuan yang paling kerap jadi acuan selama ini adalah penggambaran jagang dalam tembang mijil.

Begini syair tembang itu: Di Mataram tinggilah bentengnya, melingkupi istana dan sekitarnya, gerbang lima hanya empat yang terbuka, parit keliling yang dalam sungguh jernih airnya, pagarnya rapi terjalin, pohon gayam berjajar sepanjang jalan.

Tembang mijil menggambarkan runtuhnya benteng kraton atau yang dikenal Geger Sepehi pada 1812 (HB I) di sisi timur karena kepungan pasukan Inggris. Rully menjelaskan, dulu terdapat lima Plengkung. Sekarang yang tersisa dua plengkung saja. Plengkung di sisi barat dihancurkan dan dibuat baru oleh Kraton agar bisa memuat kendaraan besar.

“Dari tembang itu juga terbaca jika jagang itu dulu airnya bersih dan sangat dalam. Airnya bersih karena mungkin langsung mengalir dari sungai,” jelasnya.

Sumber: Radio Star Jogja


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending