KBR, Cilacap – Kendati jumlah warga penganut agama lokal atau penghayat kepercayaan di Cilacap, Jawa Tengah cukup besar, namun fasilitas untuk melaksanakan ritual peribadatan sangat minim. Ketua Badan Koordinasi Kelompok Organisasi Kepercayaan (BKOK) Cilacap, Basuki Raharja mengatakan jumlah penghayat kepercayaan di Cilacap mencapai 99 ribu jiwa lebih. Mereka terbagi dalam 29 kelompok penghayat yang berbeda.
"Ini sebagian besar bukan hanya kadang (saudara) penghayat tapi secara umum. Fasilitas tetap selalu berbeda. Ini yang sering kami temukan adalah bukan hanya kadang penghayat tapi juga bagi mereka yang miskin. Secara legalitas untuk sesuai dengan apa yang dicanangkan pemerintah tidak pernah disosialisasikan dengan cara seksama. Akibatnya kebuntuan jadi sering terjadi", jelas Basuki kepada KBR, Senin ( 30/3/2015).
Ketua Badan Koordinasi Kelompok Organisasi Kepercayaan (BKOK) Cilacap, Basuki Raharja mengatakan pemahaman masyarakat soal adanya aliran kepercayaan masih rendah. Bahkan kadangkala cap atheis disematkan kepada para penganut agama lokal. Hal itu mengakibatkan sulitnya mendirikan rumah peribadatan bagi penghayat kepercayaan. Kasus terbaru, kata Basuki, terjadi akhir 2014 lalu di Desa Karangtengah Kecamatan Sampang. Disana rumah peribadatan milik salah satu penghayat kepercayaan tidak dapat diakses untuk warga untuk beribadah.
Editor: Malika