KBR, Bogor - Meski masuk darah rawan longsor, Kabupaten Bogor saat ini belum memiliki alat pendeteksi dini longsor (early warning system). Saat ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor sedang mengajukan alat tersebut untuk kesiapan menghadapi bencana.
Kepala BPBD Kabupaten Bogor Yos Sudrajat mengatakan, 40 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor berpotensi longsor dan banjir. Untuk itu, pihaknya akan segera mengajukan 10 unit alat pendeteksi longsor yang akan ditempatkan di wilayah rawan.
''Baru akan mengajukan 10 unit alat pendeteksi dini untuk ditempatkan di wilayah yang betul-betul berpotensi terjadinya bencana khususnya longsor,'' katanya saat berbincang dengan KBR, Jumat (27/3/2015)
Menurut Yos, berdasarkan hasil pemetaan potensi risiko bencana, dari 40 kecamatan, ada 29 kecamatan yang masuk kategori rawan bencana longsor, banjir dan angin puting beliung.
''Alat tersebut nantinya akan dipasang di lokasi yang betul-betul memiliki tingkat kerawanan yang cukup tinggi dan berada di lokasi padat penduduk, seperti di wilayah Cisarua," tambahnya.
Kata Yos, baru ada dua alat deteksi dini yang sudah dipasang di dua titik lokasi. Dua alat tersebut merupakan alat pendeteksi dini banjir dan longsor, yang merupakan bantuan dari Jepang dan Universitas Gajah Mada (UGM). Alat tersebut dinilai efektif dalam upaya pencegahan jatuhnya korban.
Untuk alat deteksi dini banjir dipasang di Desa Bojong Kulur, Kecamatan Gunungputri, yang merupakan daerah aliran sungai Cikeas yang rawan banjir. Sementara, alat deteksi longsor dipasang di Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukamakmur.