Bagikan:

Mengenal 7 Perempuan Pejuang Pangan Lokal

KBR68H, Jakarta - Di tengah banjirnya makanan impor yang datang, ada 7 perempuan pangan lokal yang berjuang dalam diam.

NUSANTARA

Senin, 17 Mar 2014 11:53 WIB

Author

Luviana

Mengenal 7 Perempuan Pejuang Pangan Lokal

perempuan, pejuang, pangan

KBR68H, Jakarta - Di tengah banjirnya makanan impor yang datang, ada 7 perempuan pangan lokal yang berjuang dalam diam. Mereka tak gentar ketika pangan lokal dianggap sebagai makanan yang kurang modern dan tidak bergizi. 

Mereka adalah pembuat terasi ketika udang rebon telah hilang. Mereka adalah penanam padi lokal, mengusahakan agar jemawut, jelai, kacang-kacang, dan umbi tetap ada, ketika masyarakat sudah sulit mendapatkannya.

Kisah 7 perempuan pejuang pangan ini begitu memukau ketika mereka menuturkan kehidupan sehari-hari, bagaimana mereka berjuang agar pangan lokal tetap hadir di tengah gempuran industri pangan. 7 perempuan ini hadir dalam sebuah diskusi South to South Film Festival, Minggu (16/3).

Masyarakat mengaku lega dengan masih adanya perempuan pejuang seperti ini.

Ada Mama Robecca dari Nabire yang mengajak para perempuan janda agar tidak tergantung lagi dengan beras. Mereka membuat ubi lokal menjadi makanan bervariasi agar tak kalah dengan nasi.

Perempuan lain Sitti Rahmah dari Pittusunggu, Sulawesi Selatan. Ia mengaktivasi lahan tidur yang tercemar air asin menjadi kebun sayur organik, sehingga dapat dijadikan sumber penghasilan keluarga. Sitti Rahmah mematahkan anggapan bahwa perempuan cuma bisa mengeluh. Padahal perempuan juga bisa terlibat dalam musyawarah perencanaan pembangunan

Kemudian perempuan lain yaitu Jumiyati dari Sei Nagalawan, Serdang Bedagai, Sumaterata Utara. Bersama kelompok perempuan nelayan Muara Tanjung, Jumiyati membangun benteng mangrove. Lebatnya hutan mangrove kemudian diolah menjadi aneka makanan seperti kerupuk, sirup, dodol, teh, dan tepung kue.

Parjiyem, adalah perempuan berikutnya. Ia mengubah wajah Gunung Kidul, Yogyakarta tempatnya hidup dengan cara mengolah ubi makanan khas Gunung Kidul menjadi aneka tepung lokal.

Marlina Rambu Meha, asal Mbatakapitu, Sumba Timur kemudian juga menggulirkan perubahan sejak Tahun 2000. Lewat kain tenun dengan pewarna alam, ia mulai menggerakan perekonomian lokal sehingga banyak perempuan Sumbawa mempunyai mata pencaharian sendiri.

Sukses mempromosikan pangan lokal di Lembor, Manggarai Barat, siti Ro’fiah sal Lembata, NTT kembali melakukan perjuangan. Perjuangan ini diawali dari kegelisahan Siti Ro’fiah melihat 90% kebutuhan pangan di Lembata berasal dari luar wilayah padahal lahan pertaniannya Subur. Lewat kebun bersama tanaman lokal: padi lokal, jemawut, jelai, kacang-kacang, dan umbi kembali dapat dinikmati.

Dan di Jakarta ada Habibah, yang sehari-hari tinggal di Marunda Kepu, Cilincing Jakarta. Ia membuat usaha terasi andalan  sejak udang rebon tidak ada lagi seiring dengan hilangnya mangrove di pesisir Jakarta.

Tujuh perempuan ini membuktikan bahwa pangan lokal yang selama ini seringkali diremehkan dan dianggap tak bergengsi dibandingkan dengan pangan impor, ternyata memiliki nilai gizi yang tak kalah tinggi serta nilai ekonomisnya pun bisa untuk mendukung dapur keluarga agar tetap mengebul.

Ketujuh perempuan ini sebelumnya penghargaan “Female Food Heroes Indonesia” tahun 2013 bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional, pada 8 Maret tahun lalu. Penghargaan tersebut diberikan atas dedikasi mereka untuk menghadirkan pangan dan menghindari bencana kelaparan masyarakat di sekitarnya.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending