KBR68H, Jakarta - Partai Nasional Aceh (PNA) menilai kinerja polisi di Aceh dalam menangani kasus kekerasan yang menewaskan kadernya sangat lamban. Ketua Umum PNA Irwansyah mengatakan, meski pihaknya sudah bekerjasama dengan kepolisian, namun hingga kini tersangka penembakan kadernya belum juga disidangkan. Belum lagi, kata dia, kadernya kerap mendapat ancaman dari politisi partai lain.
"Para pelaku pembunuhan terhadap tiga kader PNA sebelumnya itu dari Panrtai Aceh. Kalau kader kami, jangankan saya, itu di tingkat kadernya perempuan juga diancam. Jadi sudah hampir menyeluruh ancama tadi. Memang dalam demokrasi yang seutuhnya, kalau kita pikirkan itu hal yang biasa, tapi jangan dibiarkan pembunuhan itu terjadi," tegas Irwansyah dalam Program Sarapan pagi KBR68H, Selasa (04/03).
Sejak pembentukan Partai Nasional Aceh pada 22 Juli 2012, ancaman terus dialami partai tersebut. Di awal tahun pembentukannya, kader PNA dari Kabupaten Bireun tewas ditembak. Sementara pada 2013, seorang kader dari Pidie bernama Muh Zainal Abidin juga tewas ditembak pada 25 April. Dua kader lain tewas di awal tahun ini, yaitu Juwaeni kader Aceh Utara dan Faisal yang merupakan kader partai di Aceh selatan. Selain pembunuhan, pembakaran rumah dan kerabat caleg perempuan juga dialami kader PNA lainnya.
Editor : Sutami