KBR68H, Denpasar - Umat Hindu Bali menggelar upacara Tumpek Wariga. Upacara Tumpek Wariga atau yang juga disebut sebagai Tumpek Pengatag, Tumpek Bubuh atau Tumpek Pengarah dilakukan setiap hari Saniscara (Sabtu), Kliwon, Wuku Wariga berdasarkan penanggalan Bali atau 25 hari menjelang Hari raya Galungan.
Upacara bagi tumbuh tumbuhan dan pohon yang ada di ladang, sawah, dan pekarangan rumah ini bertujuan agar mereka yang ada dapat memenuhi kebutuhan bagi manusia, baik dalam bentuk buah, daun dan bunga. Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali I Gusti Ngurah Sudiana mengatakan hari raya Tumpek Wariga pada dasarnya mengandung makna pelestarian lingkungan. Melalui Tumpek Wariga masyarakat Hindu Bali memiliki kewajiban untuk melestarikan lingkungan
“Jadi umat Hindu kalau dari teks Sundarigama harus melestarikan lingkungan, tidak boleh tidak melestarikan lingkungan karena lingkungan itu sangat penting untuk menghasilkan oksigen, menyerap air hujan, kemudian menguatkan tanah dan sebagainya” jelas I Gusti Ngurah Sudiana
Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali I Gusti Ngurah Sudiana menambahkan, dalam konsepsi Hindu Bali, Tumpek Wariga adalah hari untuk memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Sangkara atau Dewa Penguasa tumbuh-tumbuhan yang diwujudkan dengan menggelar upacara bagi pepohonan. Namun, Sudiana membantah, jika upacara Tumpek Wariga adalah menyembah tumbuh-tumbuhan atau pohon.
Umat Hindu Gelar Upacara Tumpek Wariga
Umat Hindu Bali menggelar upacara Tumpek Wariga.

NUSANTARA
Senin, 04 Mar 2013 11:53 WIB


tumpek wariga, hindu, bali
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai