KBR68H, Jakarta - LSM Setara Institute meminta Pemerintah Pusat menindak tegas pelanggaran kebebasan beribadah bagi jemaat Gereja Betel Indonesia di Aceh. Sebelumnya puluhan jemaat terpaksa menggelar Jumat Agung menjelang paskah di tempat tersembunyi. Ini menyusul penyegelan gereja mereka oleh pemerintah setempat. Peneliti Setara Institute Ismail Hasani menduga sikap intoleran ini tidak murni kebijakan pemerintah daerah, tapi juga karena intervensi kelompok intoleran di Aceh.
"Harus saya tegaskan bahwa, kelompok yang bermain dengan isu ini bukanlah dari pemerintah yang berkuasa hari ini. Karena kita tahu, kelompok yang berkuasa hari ini jauh lebih moderat dari pada kelompok itu, kelompok yang menguasi majelis permusyawaratan ulama dan juga sejumlah institusi adat lainnya," tegas Ismail Hasani saat dihubungi KBR68H.
Sebelumnya Pendeta Gereja Bethel Indonesia di Banda Aceh, Nico Tarigan menyatakan puluhan jemaatnya terpaksa menggelar Paskah secara sembunyi-sembunyi. Ini menyusul penyegelan oleh pemerintah daerah setempat Oktober tahun lalu. Pemerintah Banda Aceh beralasan gereja disegel karena belum mengantongi izin Pendirian Rumah Ibadah.