KBR68H,Jakarta - Pengamat pertanian menilai pemerintah mengabaikan peran peneliti dan ahli pertanian. Padahal, menurut pengamat pertanian dan pangan Andreas Maryoto, peran peneliti dibutuhkan untuk mengidentifikasi angka pasokan dan penentuan angka impor kebutuhan pangan.
Meski kebijakan impor bawang putih dinilai Andreas masih wajar, namun ia tak membantah jika saat ini 70 persen kebutuhan bawang putih dalam negeri masih tergantung pada impor produk itu.
"Saya rasa kekurangan kita akhir-akhir ini adalah soal ahli spesifik di bidang bawang misalnya atau kedelai. Sebagai contoh dulu ketika orde baru produksi kedelai kita bisa mencapai 2 juta ton dan sekarang hanya 700 ribu ton. Saya rasa itu karena pemerintah akhir-akhir ini tidak memberikan insentif bagi peneliti di bidang pangan dan turunan dari ilmu pertanian itu." kata Andreas Maryoto ketika dihubungi KBR68H.
Pengamat pertanian dan pangan Andreas Maryoto menduga, gejolak harga bawang putih berkaitan dengan kondisi jelang pemilu.
Sebelumnya, kementerian Perdagangan berencana membuka kran impor bawang putih hingga 160 ribu ton pada semester pertama. Impor dari Cina ini dilakukan untuk menurunkan harga bawang putih lokal yang saat ini mencapai Rp 60.000 per kilogram. Sejumlah pihak menyayangkan kebijakan tersebut karena masa panen raya bawang putih akan terjadi 3 bulan lagi.
Pemerintah Abaikan Peneliti Pertanian
Pengamat pertanian menilai pemerintah mengabaikan peran peneliti dan ahli pertanian. Padahal, menurut pengamat pertanian dan pangan Andreas Maryoto, peran peneliti dibutuhkan untuk mengidentifikasi angka pasokan dan penentuan angka impor kebutuhan pangan

NUSANTARA
Senin, 11 Mar 2013 13:30 WIB

pertanian, ahli, pemerintah, abaikan
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai