KBR, Solo- Orang tua siswa mediasi dengan pimpinan SMK 2 Solo terkait aksi protes siswa yang terancam tidak bisa mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) untuk masuk perguruan tinggi negeri. Salah seorang wali murid SMK 2, Husnul khotimah mengatakan pertemuan berlangsung alot selama tiga jam.
Menurut Husnul, wali murid berharap anak-anaknya bisa mendaftar jalur prestasi di seleksi masuk PTN itu meski sekolah memberi sejumlah opsi alternatif.
"Ada tanggung jawab sekolah pada anak-anak kami. Sambil menunggu kepastian bisa ikut lagi jalur prestasi atau tidak, sekolah menawarkan pendampingan bimbingan belajar materi yang akan diujikan di UTBK (ujuan tertulis berbasis komputer) nanti. Ya semoga ada titik terang, masa depan anak-anak kami ini. Kan Dinas Pendidikan Jatebg sedang ke Jakarta, semoga ada hasil terbaik", ujar Husnul di SMK 2 Solo, Rabu (5/2/2025).
Lebih lanjut Husnul menjelaskan wali murid masih menunggu kepastian bisa tidaknya ratusan siswa SMK 2 mendaftar di jalur prestasi.
"Semoga ada kabar baik," harap Husnul sambil menitikkan air mata.
Sebelumnya sekitar 350an siswa SMK 2 Solo menggelar aksi demo karena terancam gagal mendaftar jalur prestasi di seleksi penerimaan mahasiswa baru PTN, Senin (03/02/25).Diduga kegagalan akibat kelalaian sekolah dalam menyelesaikan finalisasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS).
Baca juga:
- Terlambat, Gubernur Jabar: Siswa SMAN 7 Cirebon Dapat Kembali Daftar SNBP
- JPPI: Banyak Masalah, Sistem PPDB Belum Berkeadilan
- FSGI Sarankan Sistem Zonasi Tetap Digunakan untuk PPDB
Kasus gagalnya sekolah masuk jalur nilai rapor SNBP terjadi di sejumlah daerah. Di antaranya ratusan siswa SMAN 7 Cirebon terancam gagal masuk perguruan tinggi negeri (PTN) diduga akibat kelalaian pihak sekolah melakukan pendaftaran di SNBP 2025. Sebanyak 380 siswa-siswi kelas 12 masuk dalam kategori eligible atau memenuhi syarat. 155 siswa terdiri 70 orang dari kelas IPS dan 80 orang kelas IPA.
Pendaftaran SNPB 2025 sudah dibuka sejak 6-31 Januari 2025 lalu, namun hingga masa perpanjangan hingga 2 Februari para siswa belum terdaftar dalam sistem tersebut.
Salah satu orang tua siswa, Haris mengaku kecewa terhadap pihak sekolah karena dinilai telah memupus semangat anaknya dalam meraih cita-cita.
"Anak kami dan kami itu punya harapan kedepan. Anak kami pengen ke perguruan tinggi yang diinginkan. Tapi dengan kondisi seperti ini kan membuat kami resah, kami galau apakah anak kami bisa atau tidak? Karena ini kan ada sebuah keteledoran," ujar Haris.
Para orang tua khawatir jika anaknya tidak terdaftar SNPB, maka akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi secara mandiri dan tentu membutuhkan uang lebih besar.
Menurut mereka, pihak sekolah tidak memberikan jawaban solusi atas permasalahan tersebut.