KBR68H, Mataram - Para pemuda di Lombok, NTB, mulai meninggalkan lahan pertanian di desa-desa. Mereka lebih memilih bekerja sebagai TKI di luar negeri karena dinilai lebih menguntungkan.
Pemerhati pertanian dari Univeritas Mataram Hirwan Hamidi mengatakan, dampak dari menurunnya tenaga kerja pertanian di desa yaitu menurunnya kualitas hasil panen. Misalnya lahan satu hektar membutuhkan waktu panen sampai dua minggu karena minimnya tenaga kerja yang tersedia. Akibatnya mutu gabah turun karena dipanen melebihi usia panen.
“Sekarang di Lombok ini yang tinggal sebagai petani adalah yang tua-tua, yang sudah tidak kuat nyangkul. Nah yang muda-muda itu ke Malaysia, sehingga kalau panen dalam satu hektar itu dua sampai tiga orang yang panen. Yang dia pakai ngerontok adalah kayu. Saya pernah ukur satu hektar untuk panen gabah itu diperlukan waktu sekitar dua minggu,” katanya.
Berdasarkan data di Badan Pusat Statistik Provinsi NTB, dari tahun 2010 sampai 2012, jumlah TKI yang resmi berangkat dari NTB lebih dari 151 ribu orang. Mayoritas TKI bekerja di sektor perkebunan di Malaysia.
Editor: Anto Sidharta
Wajah Pertanian Lombok yang Ditinggal Kaum Mudanya
Para pemuda di Lombok, NTB, mulai meninggalkan lahan pertanian di desa-desa. Mereka lebih memilih bekerja sebagai TKI di luar negeri karena dinilai lebih menguntungkan.

NUSANTARA
Jumat, 21 Feb 2014 18:20 WIB


Pertanian Lombok, Kaum Muda
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai