Bagikan:

Ancaman Pemuda Pancasila di Balik Bedah Buku Tan Malaka

Ormas Pemuda Pancasila Semarang, Jawa Tengah, mengancam bakal membubarkan diskusi bedah buku Pahlawan Nasional Tan Malaka jika ada propaganda komunisme di dalamnya.

NUSANTARA

Jumat, 14 Feb 2014 23:07 WIB

Ancaman Pemuda Pancasila di Balik Bedah Buku Tan Malaka

Pemuda Pancasila, Balik Bedah Buku, Tan Malaka

KBR68H, Jakarta - Ormas Pemuda Pancasila Semarang, Jawa Tengah, mengancam bakal membubarkan diskusi bedah buku Pahlawan Nasional Tan Malaka jika ada propaganda komunisme di dalamnya.

Ketua Pemuda Pancasila Semarang Joko Santoso mengatakan, sebelumnya ia mendapat pesan berantai acara itu akan digunakan sebagai sarana penyebaran ideologi komunis. Untuk itu, Pemuda Pancasila akan mengirim perwakilan untuk hadir dalam diskusi tentang riwayat bekas ketua Partai Komunis Indonesia tersebut.

"Tidak ada masalah dengan kegiatan diskusi itu, cuman nanti kita akan mengawal dalam arti, kalau nanti di pelaksanaan ada susupan dari doktrin-doktrin PKI kita akan yang membubarkan pertama kali. Tapi, berkaitan dengan garis gerakan kiri yang disampaikan tidak ada masalah kalau hanya bedah buku. Tapi, kalau nanti yang hadir, isunya ada orang PKI lama dan tua, makanya kita juga antisipasi,” tutur Joko Santoso saat dihubungi KBR68H, Jumat (14/2).

Ketua Pemuda Pancasila Semarang Joko Santoso menambahkan, pihaknya juga sudah menagguhkan surat permintaan pelarangan diskusi buku karangan sejarawan Belanda Harry Poeze itu.

Sebelumnya, Pemuda Pancasila meminta polisi melarang bedah buku yang akan diselenggarakan Senin pekan depan. Sementara, penyelenggaraan bedah buku Tan Malaka di Surabaya batal akibat paksaan polisi. Kepolisian Surabaya, Jawa Timur, melarang diskusi bedah buku Tan Malaka di perpustakaan C20 akibat penolakan masyarakat yang mengatasnamakan Gerakan Umat Islam Bersatu. Kelompok itu menuding diskusi itu menyebarkan ideologi komunisme.

Sementara, Panitia Penyelenggara Diskusi bedah buku tentang pahlawan nasional Tan Malaka di Semarang, Jawa Tengah Senin pekan menyatakan, akan tetap berlangsung meski dilarang kepolisian setempat.

Panitia Penyelenggara Yunantyo Adi mengatakan, polisi melarang diskusi ilmiah itu dengan cara memperberat persyaratan. Polisi meminta panitia mendapat izin dari kepolisian pusat terkait kehadiran pembicara Harry Poeze yang berkewarganegaraan Belanda. Namun, panitia mengaku persyaratan tambahan yang diminta pada H-4 acara itu tidak tepat.

"Mungkin mengada-ada karena Harry sudah punya paspor dan Indonesia punya hubungan bilateral dengan Belanda dan kegiatannya ilmiah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namanya menghalang-halangi karena kita tidak mungkin mengajukan ke Mabes pada hari dekat ini. Bayangkan kalau kejadian di Solo, dan harus ke polda, itu kan berat. Polisi seharusnya melindungi warganya," kata Panitia Penyelenggara Diskusi Yunantyo Adi ketika dihubungi KBR68H, Jumat (14/02).

Sebelumnya, Kepolisian Surabaya, Jawa Timur melarang diskusi bedah buku Tan malaka di perpustakaan C20. Kepolisian mengaku keberatan dari ormas Islam. Alasannya, bedah buku terancam rusuh akibat penolakan ormas yang mengatasnamakan Gerakan Umat Islam Bersatu

Editor: Anto Sidharta

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending