KBR68H, Jakarta - Ratusan pengungsi Jemaat Ahmadiyah di Transito Nusa Tenggara Barat curhat selalu diberikan harapan palsu oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Barat. Mereka terus dijanjikan perbaikan hidup.
Para pengungsi Ahmadiyah di Transito ini merupakan korban kekerasan intoleran yang terjadi tahun 2006 dan 2010 lalu. Sebagian besar mereka berasal dari Dusun Ketapang Desa Lingsar, Lombok Barat.
Februari 2006 silam, mereka diusir dari kampung halaman akibat perbedaan pemahaman terhadap agama. Rumah dan harta benda mereka dibakar dan dijarah. Mereka juga tidak diberikan izin menggarap lahan pertanian yang menjadi tumpuan hidup mereka.
Selama itu juga mereka selalu dijanjikan akan diberikan penghidupan layak setelah diusir dari kampungnya. Mulai dijanjikan menempati sebuah kawasan pemikiman dan diberikan rumah.
"Pernah akan ditaruh di lingkungan, 2 sampai 3 KK. Lingkungan A atau B. Itu pernah dijanjikan. Itu tidak akan terlaksana," jelas Koordinator Jemaat Ahmadiyah di Transito NTB Sahidin saat berbincang dengan KBR68H, Kamis (27/2).
Selain itu mereka juga pernah dijanjikan Pemkab Lombok Barat untuk memberikan ganti rugi aset mereka di desanya yang lama. Pemkab akan membayarkan semua aset Jemaat.
"Janji dari tahun 2006 itu. Itu Pemda Lombok Barat, dia bilang masalah aset, aset Ahmadiyah kecil nggak seberapa. Dijanjikan sama Pemkab," jelas dia.
Lainnya, pernah Jemaat dijanjikan untuk dipindahkan ke sebuah pulau yang bernama Gili Tangkong. Di sana mereka akan bermukim dan disediakan berbagai fasilitas. Hanya saja itu hanya janji... janji... dan janji.
"kalau di sana ongkosnya mahal. Sampai Rp 250 ribu sekali menyebrang naik kapal cepat," jelas dia.
Sekarang janji itu kembali diberikan oleh Pemprov NTB. Jemaat Ahmadiyah di Transito akan ditransmigrasikan ke luar pulau.
2010 itu waktu kejadian, kusen pintu habis diambil. diambil sama orang lain. dijarah. di mna=-mana kejadian itu.