KBR68H, Banyuwangi - Klenteng Hoo Tong Bio yang berada di Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Kota Banyuwangi, Jawa Timur, mempunyai tradisi unik sebagai penanda ulang tahun yang dirayakan setiap tanggal 28 Februari. Mereka menanggap (menyewa pergelaran, red.) wayang kulit selama satu hari satu malam.
Tradisi menggelar wayang kulit ini merupakan tradisi dari klenteng yang dibangun tahun 1784 tersebut. Menurut pengurus Klenteng Hoo Tong Bio bidang keagamaan Indra Cahyono, tradisi menanggap wayang kulit ini bertujuan untuk memberikan hiburan kepada masyarakat sekitar. Bahkan, kata dia, Klenteng Hoo Tong Bio juga pernah menggelar wayang untuk ruwatan.
”Untuk tahun 2014 kelenteng nanggap (menyewa pergelaran, red.) dua pagelaran wayang sekaligus pada Rabu, 27 Februari 2014. Rabu siang lakon nya Anggodo Mbalelo dengan dalangnya Ki Gaguk Pandu Asmoro, sedangkan malamnya Ki Dalang Suryadi Sudarmojo dengan lakon Wahyu Makuthoromo. Untuk lakon yang siang hari kami bebaskan, tetapi untuk yang malam permintaan dari pihak klenteng. Kami sengaja memilih lakon Wahyu Makuthoromo karena menceritakan tentang perebutan wahyu untuk meneruskan sebuah dinasti. Ya seperti keadaan Indonesia seperti saat ini," kata Indra Cahyono.
Setelah pementasan lakon yang pertama, pengurus klenteng membawa gunungan (wayang berbentuk gambar gunung, red.) yang kemudian d letakkan di altar Kongco Tan Hu Cin Jin, sang dewa tuan rumah klenteng. Kata Indrana, banyak beberapa filosofi wayang yang hampir sama dengan dengan Tiongkok. Salah satu filosofi yang sama antara Jawa dan Tiongkok adalah untuk mendapatkan sesuatu maka tokoh harus melakukan pertapaan atau tirakat, termasuk untuk mendapatkan kesakitian. Bisa dilihat dari tokoh Arjuna.
“Sedangkan untuk wayang khas Cina, wayang potehi terakhir kali dipentaskan di Klenteng Hoo Tong Bio tahun 1998. Saat ini dalang untuk wayang potehi sudah sangat jarang sekali. Kalau wayang potehi dipentaskan pada tanggal 15 bulan 7 pada saat Imlek," jelasnya.
Akulturasi antara budaya Jawa dan Cina juga terlihat saat tepat pukul 12 malam pergantian dari tanggal 26 Februari ke 27 Februari. Enam buah tumpeng yang berada di atas altar Kongco Tan Hu Cinjin dimakan bersama di pelataran halaman kelenteng. "Ini sudah tradisi disini, bahkan kami menyediakan satu tumpeng khusus mereka yang vegetarian. Sedangkan puncak sembayangan dilakukan pada 28 Februari. Biasanya semua umat akan melakukan doa bersama di sore hari yang dihadiri ratusan orang," jelasnya.
Klenteng yang merayakan ulang tahun setiap 28 Februari ini berada tepat di tengah kota Banyuwangi yang dibangun oleh orang-orang Tionghoa untuk menghormati leluhur mereka Konco Tan Hu Cin Jin.
Menurut Biokong klenteng, Li Sin Wed, Klenteng Hoo Tong Bio ini mempunyai makna kuil perlindungan etnis Tionghoa. "Konco Tan Hu Cin Jin dipercaya melindungan etnis Tionghoa saat mereka tinggal di kerajaan Blambangan sebagai cikal bakal Kabupaten Banyuwangi. Kuil ini sendiri tercatat berdiri di tahun 1784," Jelasnya. Li Sin Wed juga menjelaskan jika klenteng Hoo Tong Bio merupakan klenteng terbesar dan tertua di wilayah Jawa Timur dan Bali.
Editor: Anto Sidharta
Ada Wayang Kulit di HUT Klenteng Hoo Tong Bio Banyuwangi
Klenteng Hoo Tong Bio yang berada di Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Kota Banyuwangi, Jawa Timur, mempunyai tradisi unik sebagai penanda ulang tahun yang dirayakan setiap tanggal 28 Februari. Mereka menanggap (menyewa pergelaran, red.) wayang kulit selama

NUSANTARA
Kamis, 27 Feb 2014 18:15 WIB


Wayang Kulit, HUT Klenteng, Hoo Tong Bio
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai