Informasi mengenai iklim yang tidak tepat bisa menyebabkan petani gagal panen. Misalnya saja yang dialami Ama, petani asal Nusa Tenggara Timur. Di sana, petani gagal panen jagung karena minimnya info soal kondisi iklim.
BMKG sebetulnya selalu menginformasikan kondisi iklim. Kepala Bidang Cuaca Ekstrim BMKG, Kukuh Rubidianto mengatakan prakiraan musim dikabarkan setiap awal musim berjalan. Bahkan di beberapa daerah telah dipasang stasiun meteorologi pertanian khusus, SMPK. Stasiun ini berfungsi mengamati kondisi fisik dan lingkungan (atmosfer), keadaan biologi tanaman serta obyek pertanian lain secara terus menerus. Dengan adanya stasiun ini, para petani bisa menyusun strategi pola tanam di wilayah mereka, katanya. Para petani akan mengetahui informasi yang dikeluarkan SMPK melalui penyuluh pertanian di daerahnya.
Kukuh menambahkan, untuk saat ini daerah-daerah yang masih perlu waspada perubahan iklim diantaranya Sumatera Selatan, Bangka, Banda Aceh, dan Lampung bagian selatan.
Info iklim BMKG
Kementerian Pertanian mengakui antisipasi perubahan iklim ekstrim kerap tidak diketahui para petani. Akibatnya banyak yang mengalami gagal panen. Di sinilah tugas para penyuluh untuk terus memberikan informasi kepada petani.
Direktur Budidaya Tanaman Serealia Kementerian Pertanian, Dadih Permana mengatakan penyuluh berperan sebagai pemberi informasi kepada petani. Namun kadang, Kementerian kesulitan memantau apa saja yang sudah dilakukan penyuluh. Ini terjadi karena sistem otonomi daerah seperti sekarang ini. Adanya otonomi juga mengganggu penyuluhan. Kita agak sulit mengawasi. Mereka ada yang kegiatannya rutin, tapi ada juga yang mandek, katanya.
Tapi masalah perubahan iklim ini bukan satu-satunya yang utama. Ketua Kelompok Tani Provinsi Jawa Barat, Oo Sutisna menilai, sarana produksi juga patut mendapat perhatian, misalnya saja saat ini petani kerap mendapat harga obat yang mahal. Selain itu, petani juga kerap direcoki dengan bahan-bahan impor yang terus datang.