KBR, Banjarnegara– Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Banjarnegara mulai mengkaji usulan pengajuan Stasiun Kereta Api Banjarnegara sebagai cagar budaya.
Ketua TAC Banjarnegara, Heni Purwono mengatakan, Stasiun Banjarnegara menjadi prioritas pertama untuk dikaji dan diusulkan menjadi bangunan cagar budaya. Alasannya kata dia, selain memiliki nilai sejarah tinggi, Stasiun Banjarnegara juga rawan pembongkaran atau perubahan bentuk.
Potensi kerawanan itu muncul karena selain milik BUMN, stasiun juga berada di jalur ramai yang potensial sehingga rawan berubah bentuk atau pembongkaran.
Padahal, keberadaan kereta api di Banjarnegara sangat berperan dalam tumbuh suburnya pergerakan nasional di Banjarnegara dengan Sarekat Islam (SI).
“Memeiliki nilai sejarah yang tinggi juga rawan terhadap pembongkaran dan perubahan bentuk, karena lokasinya yang sangat strategis di pusat kota. Dari sisi sejarah, tentu keberadaan stasiun ini sangat erat kaitannya dengan pergerakan nasional Indonesia di Banjarnegara. Misalnya, kenapa kok Sarekat Islam berkembang di Banjarnegara cukup besar. Ya, karena dulu, Cokroaminoto, Agus Salim, kerap berkunjung ke Banjarnegara. Dan itu tentu tak lepas dari fasilitas transportasi dengan keberadaan stasiun,” kata Heni Purwono, Senin, (29/1/2024).
Maraton
Ketua TACB Banjarnegara Heni Purwono menambahkan, PT KAI sebagai pemilik telah mendukung usulan penetapan Stasiun Banjarnegara sebagai cagar budaya. Sebab, ada sisi perlindungan sekaligus memiliki nilai jual atau sewa yang tinggi karena sisi sejarahnya.
Dalam waktu sebulan ke depan, tim akan bekerja maraton mengkaji hingga mengeluarkan rekomendasi untuk penetapan Stasiun Banjarnegara sebagai bangunan cagar budaya oleh bupati Banjarnegara.
Sekilas tentang Cagar Budaya
Mengutip situs kebudayaan.kemendikbud.go.id, cagar budaya ialah warisan budaya benda, baik yang ada di air atau darat. Bentuknya memiliki massa dan dimensi, sehingga bisa diraba indra. Inilah yang membedakan warisan budaya seperti tarian, bahasa, atau adat istiadat yang tak dapat dirasakan seluruh indra.
Selain itu, cagar budaya juga harus bernilai penting bagi pendidikan, agama, sejarah, ilmu pengetahuan, dan/atau kebudayaan di masa lampau.
Terdapat lima bentuk cagar budaya, yakni benda, bangunan, situs, struktur, dan kawasan. Contoh cagar budaya benda antara lain Mahkota Siak. Contoh cagar budaya bangunan semisal Tugu Jogja.
Baca juga:
Editor: Sindu