Bagikan:

Longsor Besar Membendung Sungai, Cilacap Waspada Banjir

Lokasi sungai yang tertutup longsor terdapat di Desa Jambu, Kecamatan Wanareja. Longsor menyebabkan terbentuknya bendung alami yang mampu menampung jutaan meter kubik air dan material lumpur.

BERITA | NUSANTARA

Jumat, 01 Jan 2016 15:09 WIB

Longsor Besar Membendung Sungai, Cilacap Waspada Banjir

Pegunungan rawan longsor di sekitar Sungai Cijalu Cilacap. (Foto: M Ridlo Susanto)

KBR, Cilacap – Lima desa di dua kecamatan di Cilacap, Jawa Tengah terancam banjir bandang lantaran tertutupnya aliran sungai akibat longsor tebing di Sungai Cijalu.

Lokasi sungai yang tertutup longsor terdapat di Desa Jambu, Kecamatan Wanareja. Longsor menyebabkan terbentuknya bendung alami yang mampu menampung jutaan meter kubik air dan material lumpur.

Kepala UPT Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap Barat Edy Sapto Priyono mengatakan titik bendungan alami ada di ketinggain 496 meter di atas permukaan laut dengan jarak runtuhan 87 meter.

Area longsor terjadi pada tebing sepanjang 87, tinggi 20 Meter, atau setara dengan 5.220 meter kubik material yang jatuh ke sungai Cijalu.

Sungai Cijalu yang berada di Sadahayu Kecamatan Majenang terbendung dan menimbulkan danau seluas 25 Meter x 300 meter dengan kedalaman air mencapai 15 meter.

Edy Sapto Priyono mengkhawatirkan jika terjadi hujan deras bendung alami jebol dan memuntahkan material ke arah hilir.

Beberapa desa yang terancam antara lain Desa Sadahayu dan Bener kecamatan Wanareja, Desa Jenang, Pahonjean dan Desa Mulyadadi Kecamatan Majenang.

"Memang berpotensi banjir kalau memang material longsoran itu sampai terbawa banjir, jebol. Panjang material sampai menutup lebar sungai 25 meter yang tertutup longsoran sekitar 20 meteran. Kalau sampai jebol, (banjir bakal terjadi) di Desa Pahonjean Cijalu, dan sepanjang aliran Sungai Cijalu," kata Edy Sapto.

Kepala UPT Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap Barat, Edy Sapto Priyono mengatakan kini BPBD mengupayakan normalisasi sungai dengan cara mengeruk material yang membendung sungai. Namun, alat berat sulit masuk ke lokasi karena medan yang terjal.

Normalisasi direncakan akan dilakukan oleh BPBD bersama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy. Pengerukan akan dilakukan secepatnya mengingat puncak musim hujan yang terjadi pada Januari 2016.

Pada 2006 lalu, tiga desa di dua kecamatan wilayah Majenang dan Wanareja pernah diterjang banjir bandang lantaran tertutupnya aliran Sungai Citanduy. Saat hujan lebat, bendung alami yang terbentuk jebol dan menyebabkan banjir di Desa Jenang, Mulyadadi dan Pahonjean.

Editor: Agus Luqman 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending