Bandara Sepinggan Balikpapan Masih Bersistem Manual

KBR, Balikpapan  – Bandara Internasional Sepinggan Balikpapan, Kalimantan Timur menyandang predikat sebagai bandara modern dan terbaik di Indonesia. Namun ternyata pelayanannya masih banyak dikeluhkan pengunjung karena sebagian masih manual.

Salah satu yang dikeluhkan yakni sistem pelayanan parkir kendaraan masuk ke bandara yang masih menggunakan cara manual. Hal itu diakui General Manager PT. Angkasa Pura Balikpapan Wendo Asrul Rose.

Kata dia, hal tersebut memang menjadi salah satu kelemahan Bandara Sepinggan yang kini dalam tahapan proses perbaikkan. Termasuk infrastruktur penunjang lainnya, seperti fasilitas diruang tunggu maupun sistem antar jemput penumpang.

Apalagi lanjutnya, sistem manual itu sangat berpotensi menyebabkan terjadinya kemacetan di ruas jalan utama Iswahyudi. Hal itu dikarenakan, sistem manual membutuhkan waktu yang lebih lama khususnya untuk mendata kendaraan yang masuk ke bandara.

“Jadi nantinya kedepannya kita pasti nanti akan memberikan layanan yang  lebih baik lagi pada pengguna jasa (pengunjung bandara). Memang sistem yang kita bangun masih improve terus. Jadi memang sebagian masih manual, pada saat-saat tertentu masih kita trial lah, tapi artinya kita akan perbaiki itu,” kata Wendo Asrul Rose, Jumat (2/1)

Selain dikeluhkan masih sistem manual, pengunjung bandara khususnya pengguna kendaraan roda dua juga mengeluhkan karena jarak tempat parkir dengan ruang tunggu bandara yang cukup terlalu jauh sekitar 300 meter.

Bandara Internasional Sepinggan merupakan, bandara terbesar ketiga di Indonesia setelah Soekarno Hatta dan I Gusti Ngurah Rai. Bandara Sepinggan juga merupakan bandara tersibuk dengan jumlah mencapai 7,1 juta pertahun.

Bandara tersebut, diresmikan Maret 2014 lalu, terminal ini dilengkapi dengan fasilitas 11 unit garbarata, 76 buah konter check, dan 8 unit conveyor dan teknologi hold baggage screening (HBS) level 4 yang canggih. Juga tersedia gedung parkir empat lantai yang mampu menampung hingga 2.300 unit kendaraan.

Editor: Pebriansyah Ariefana