Bagikan:

Kisah Penangkaran Badak Sumatera di Lampung

Andatu, anak badak yang terlahir melalui proses semi alami di Suaka Rhinos Sumatera (SRS) telah berusia hampir 2 tahun. Ia memiliki bobot badan lebih dari 400 kilogram, hampir menyerupai induknya. Proses semi alami berhasil setelah upaya menghadirkan anak

NUSANTARA

Rabu, 22 Jan 2014 19:30 WIB

Author

Eni Muslihah

Kisah Penangkaran Badak Sumatera di Lampung

Penangkaran, Badak Sumatera, Lampung

KBR68H Lampung - Andatu, anak badak yang terlahir melalui proses semi alami di Suaka Rhinos Sumatera (SRS) telah berusia hampir 2 tahun. Ia memiliki bobot badan lebih dari 400 kilogram, hampir menyerupai induknya. Proses semi alami berhasil setelah upaya menghadirkan anakan badak Sumatera beberapa kali gagal terlahir di Taman Nasional Way Kambas

Direktur SRS Dedi Chandra mengatakan, Andatu dalam keadaan sehat bersama induknya. Ia bersama 4 badak lainnya berada dalam pengawasan tim SRS, hidup di penangkaran seluas 100 hektar, yang dibatasi dengan kawat yang mengandung setrum berkapasitas rendah.

Empat badak itu, dua pejantan Andalas dan Andatu (anakan dari Andalas dan Ratu), tiga betina Rosa, Ratu dan Bina. Badak-badak ini, hidup di kandangnya sendiri masing-masing seluas 10 x 10 meter. Kecuali masa musim kawin, mereka dilepas dalam ring yang lebih luas, namun masih dalam pengawasan keeper.

"Tujuan pemasangan pagar bermuatan setrum itu untuk mengurangi konflik antara badak dengan satwa lainnya," kata Dedi.

Selain itu, untuk memudahkan proses pengawasan pertumbuhan,  badak-badak dalam penangkaran juga untuk menciptakan kelahiran badak baru melalui proses semi alami yang lebih banyak lagi.

"Karena itu kami memberi pengawasan intensif, sangat memperhatikan kadar makanan yang dikonsumsinya. Paling jauh radius 20-50 meter, paling tidak kami mengetahui aktifitas badak itu," tutur Dedi.

Saat ini, Andalas sedang proses pendekatan secara intensif dengan Rosa, beberapa kali sudah terjadi perkawinan. Namun belum sampai terjadi ereksi dan ejakulasi.

Demikian pula dengan Andatu, anak badak ini sedang dalam proses dilatih mandiri, perlahan anakan badak dalam penangkaran dipisahkan dari induknya agar sang induk Ratu dapat dikawinkan kembali.

"Secara kesehatan, Ratu nampak lebih siap untuk dikawinkan kembali dengan pejantan dewasa," tambah Dedi.

Anggaran Penangkaran Badak


Soal anggaran, tentu lima badak dalam penangkaran lebih besar menyedot anggaran. Hal itu dapat dilihat bagaimana tim setiap hari mengontrol mulai dari pagi sampai malam.

"Mulai dari memperhatikan makanan yang dikonsumsi, mengontrol kesehatan dengan melakukan penimbangan secara berkala sampai mengatur proses kawinnya," ujar dokter hewan yang turut andil proses kelahiran Andatu.

Jika dibandingkan, badak-badak dalam penangkaran, menurut Dedi kehidupannya relatif sama dengan badak liar. Hanya saja badak penangkaran mendapat perhatian lebih. Keberadaan Andatu adalah sebuah contoh, manakala menemukan jejak badak liar, peneliti nantinya dapat memperkirakan usia badak tersebut.

Jumlah Badak Sumatera


Mengenai jumlah, tak ada satupun LSM lingkungan yang mampu menyebutkan pasti populasi satwa tersebut. Yayasan Badak Indonesia (YABI) sendiri memperkirakan populasi badak Sumatera terbanyak berada di TNWK dengan jumlah perkiraan mencapai 32 ekor.

"Populasi badak yang diperkirakan terus menurun, membuat kami sejumlah LSM yang peduli kelestarian badak berkumpul untuk menentukan metode yang mendekati kebenaran dalam mendeteksi populasi badak," kata Direktur YABI Widodo Ramono.

Metode yang disepakati bersama dalam menentukan populasi badak dengan cara mengambil sampel kotoran dan melalui pemasangan kamera pengintai di kawasan yang dianggap sebagai habitat badak.

Berdasarkan catatan, kurun waktu 10 tahun terakhir tidak ditemukan kematian badak di Kawasan TNWK Lampung Timur.

Ditengah ketidakpastian populasi itu, sekitar bulan September 2013, dunia kembali dikejutkan dengan kelahiran anak badak liar di Taman Nasional Way Kambas.

Saat ditemukan, para ahli badak memperkirakan usia anakan badak itu berkisar antara dua minggu. Hal itu dibuktikan dari penyamaan jejak kaki milik Andatu.

"Temuan ini suatu anugerah, tapi anak badak itu tetap akan berada di alam yang liar bersama induknya. Namun, kami tetap memantau perkembangannya agar jangan sampai badak ini menjadi incaran pemburu liar," kata Juru bicara TNWK Lampung Sukatmoko.

Temuan tersebut, menurut Sukatmoko, sebagai sebuah tanda bukti bahwa TNWK yang memiliki luas areal sekitar 300 ribu hektar, merupakan kawasan yang paling baik untuk perkembangbiakan badak.

"Untuk meningkatkan kualitas habitat badak, pihak balai bersama masyarakat melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan yang disukai badak," imbuhnya.

Kegiatan memperkaya pakan badak itu dilakukan di areal seluas 50 hektare yang lokasinya di pinggir  kawasan berbatasan dengan penduduk. "Kami ingin persebaran badak di TNWK lebih luas lagi, tak hanya berada di tengah-tengah saja," ujar dia.

Kesungguhan dalam mengembalikan fungsinya, akhirnya secara  berangsur-angsur kawasan konservasi TNWK pulih bahkan angka perambahan dapat ditekan secara signifikan. Jika dibandingkan dengan kegiatan penurunan perambahan di Taman Nasional Bukit Bariaan Selatan (TNBBS), kegiatan tersebut relatif lebih sedikit di TNWK.

"Meskipun angka perambahan cenderung menurun di sini, tapi bukan berarti satwa-satwa yang ada bebas dari ancaman. Petugas dalam patrolinya kerap menemukan jerat. Ini menunjukkan perburuan liar masih menjadi ancaman terbesar bagi keberlangsungan badak dan sejumlah saat lainnya," kata Sukatmoko.

Jumlah personel yang bertugas, tak mencukupi untuk melakukan pengawasan secara intensif kawasan TNWK yang memiliki luasan ratusan ribu hektar.

Editor: Anto Sidharta

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending