Bagikan:

Ranu Pane Terancam Erosi

Menjadi bagian dari Gunung Bromo, Danau Ranu Pane kini terancam hilang. Danau yang semula mempunyai luas 5 hektar, kini tinggal setengahnya saja. Erosi yang menyebabkan sedimentasi atau pendangkalan menjadi sebabnya. Lalu apa upaya untuk mengatasinya ?

NUSANTARA

Kamis, 17 Jan 2013 12:20 WIB

ranu pane, erosi

KBR68H, Malang- Menjadi bagian dari Gunung Bromo, Danau Ranu Pane kini terancam hilang. Danau yang semula mempunyai luas 5 hektar, kini tinggal setengahnya saja. Erosi yang menyebabkan sedimentasi atau pendangkalan menjadi sebabnya. Lalu apa upaya untuk mengatasinya ?

Berada diketinggian 2000 meter diatas permukaan laut, Danau Ranu Pane menjadi salah satu dari empat danau yang ada di Taman Nasional Bromo Tengger. Danau ini menjadi salah satu obyek wisata yang kerap disambangi wisatawan. Belakangan keberadaan danau ini mulai terancam. Sedimentasi alias pendangkalan menjadi sebabnya.

Sugito salah seorang  petani setempat mengingat,  dahulu pinggiran Ranu Pane hanya berjarak sekitar 10 meter saja dari rumahnya. Kini bila diukur dari halaman rumahnya, batas air danau mencapai hampir 1 km.

 “Ada banjir, banjirnya erosi banjir itu pasti ke danau, gak mungkin kelain-lain itu gak mungkin, Ranu Pane belum ada lampu listrik belum ada aspal, bangunan belum ada, airnya di pohon akasia ini dulu, dalam sekali dulu itu, tapi sekarang udah tinggal sedikit, kalau di danau regulo sama di danau kumbolo masih lengkap dengan pemandangan-pemandangan, kayu-kayunya itu masih ada, masih alami dulu itu,  itu airnya sampai sini dulu itu mbak,danau ranu pane itu mengalami penyusutan, sekarang cuma berapa persen itu kemungkinan cuma 45 persenan “

Sedimentasi atau pendangkalan terjadi akibat erosi lumpur dari perbukitan. Ini karena bukit banyak lahan yang disulap menjadi ladang.

Saran pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru untuk bertani secara terasering ditentang petani. Tanah yang terlalu gembur menjadi alasannya, ujar Sugito.

 “ Kalau disini repot, tanahnya terlalu subur terlalu gembur gitu, jadi kalau di terasering pasti tambah longsor, saya pernah nyoba tanah saya yang disana itu lebih miring itu saya terasering, terus ada hujan,  iya kalau musim panas gak papa, kalau musim hujan longsor semua tanaman saya kelongsoran jadi disini itu repot “

Agar tanah yak melulu masuk ke danau, pengelola TNBTS menggunakan jebakan lumpur.

Boiga, Staf Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

 “ Tapi sebenarnya yang utama itu kalau lumpur-lumpur yang bakal mendangkalkan danau itu pakai system jebakan lumpur atau system trucuk “

Trucuk yang dimaksud terbuat dari bambu yang dipancangkan. Trucuk  mampu menahan aliran lumpur, hingga nantinya akan menjadi undakan-undakan lumpur. Boiga mengakui jebakan tidak sepenuhnya bisa menahan lumpur yang masuk ke danau, terlebih bila hujan deras turun. Tak jarang jebakan lumpur itu turut hanyut masuk ke dalam danau.

Bagi LSM Lingkungan Walhi, erosi yang terjadi di Ranu Pane dipandang bukan melulu karena faktor alam, tapi juga karena perubahan kultur masyarakat. Anggota Dewan Daerah Walhi Purnawan D Negara menyebutnya sebagai erosi kultural.

Disebut erosi kultural karena kini bukan warga Tengger saja yang bertanam di daerah tersebut. Banyak pendatang yang bertani tanpa memperhatikan kearifan lokal.

 “Ketika kemudian orang-orang pekerja yang membuka disitu berkembang kemudian mengenali tanaman industrialisasi, tanaman yang mengindustry  ini yang kemudian juga memicu pola tanam yang kemudian memunculkan erosi yang cukup besar terhadap ranu pane“

Buat Purnawan, masyarakat Tengger memiliki cara sendiri untuk menjaga dan mengolah tanah warisan leluhur mereka. Tanah memiliki nilai sakral yang harus di peihara, dengan hasil tanam yang dipersembahkan untuk Gunung Bromo.

“  Orang Tengger melihat tanah itu memliki nilai sakral tanah itu harus di mong,tanah itu harus di mong  itu harus dipelihara  hasil tanamnya dilakukan di Gunung Bromo itu siklus,

Nilai-nilai inilah yang harus dibangkitkan kembali untuk mencegah erosi berkelanjutan.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending