KBR68H, Jakarta - Pemerintah Nusa Tenggara Barat dinilai lalai memetakan potensi konflik menyusul seringnya terjadi kerusuhan. Pengamat Komunikasi Sosial Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, Kadri mengatakan hampir setiap kerusuhan yang muncul hanya diselesaikan sesaat. Pemerintah tidak maksimal untuk mengantisipasi sejak dini kemungkinan terulangnya konflik serupa.
"Menurut saya tidak boleh reaktif. Jadi begitu ada kejadian diselesaikan, didamaikan, dan itu tidak akan memangkas akar konflik sebenarnya. Idealnya bagaimana memetakan semua persoalan dasar, lalu diformulasi stategi penyelesaiannya. Sehingga apapun gesekan tidak akan menyebar jadi isu lain yang menimbulkan kerusuhan sosial," ujar Kadri saat dihubungi KBR68H.
Pengamat Komunikasi Sosial IAIN Mataram Kadri menilai konflik di NTB hampir sama dengan beberapa konflik yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Konflik dipicu kesenjangan sosial antara penduduk asli dan pendatang, kesenjangan ekonomi, dan faktor agama.
Sebelumnya kerusuhan pecah di Sumbawa awal pekan ini. Kepolisian menetapkan 33 tersangka dalam kerusuhan tersebut. Data Kepolisian mencatat sedikitnya 3.000 jiwa telah mengungsi karena perusuh merusak dan menjarah rumah warga.
Pengamat : Kerusuhan Sumbawa Akumulasi Pembiaran Konflik
Pemerintah Nusa Tenggara Barat dinilai lalai memetakan potensi konflik menyusul seringnya terjadi kerusuhan. Pengamat Komunikasi Sosial Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, Kadri mengatakan hampir setiap kerusuhan yang muncul hanya diselesaikan ses

NUSANTARA
Selasa, 29 Jan 2013 17:05 WIB

Konflik Sumbawa
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai