Bagikan:

Kisah Penarik Gerobak di Tengah Banjir Jakarta

KBR68H, Jakarta - Firdaus (28) tak memikirkan kutu air yang bakal menyerang kakinya malam nanti. Ia tahu berendam seharian di air banjir bukan ide yang bagus.

NUSANTARA

Jumat, 18 Jan 2013 17:11 WIB

Kisah Penarik Gerobak di Tengah Banjir Jakarta

gerobak, banjir jakarta

KBR68H, Jakarta - Firdaus (28) tak memikirkan kutu air yang bakal menyerang kakinya malam nanti. Ia tahu berendam seharian di air banjir bukan ide yang bagus. Tapi, ia bersama kawan-kawannya lebih suka kutu air ketimbang tak turun tangan.

"Niatnya sih bantu orang yang mau kerja atau ke mana gitu nyeberang banjir," kata Firdaus. "Ya sekalian juga nyari tambahan."

Sehari-hari ia berjualan buah di jalan di sisi kiri Mal Ciputra. Begitu hujan turun terus menerus ia sudah menduga, daerah tempatnya beroperasi akan banjir. Segera saja bersama teman-temannya menyiapkan gerobak. Satu gerobak dioperasikan oleh 4 sampai 6 orang. Sekali angkut harganya bervariasi dari Rp 15 ribu hingga 40 ribu. Bedanya apa, berat badan? Firdaus terkekeh.

"Ya itu juga, tapi kayak tadi itu, kita angkut empat orang sekalian (dalam) satu gerobak sama barang bawaannya mau empat puluh (ribu rupiah)."ungkapnya.

Saat bertemu menjelang sore ini, Firdaus mengaku sudah dapat lebih dari Rp 1,5 juta. Nanti uang itu dibagi bersama dengan 3 orang lainnya.

"Kebetulan ini gerobak saya jadi gak perlu bayar sewa."jelasnya.

Beberapa operator penyeberangan banjir dengan gerobak ada pula yang menyewa dari tetangganya. Mereka rata-rata tinggal tak jauh dari Mal Ciputra dan daerah di belakang kampus Universitas Tarumanegara. Per hari ongkos sewanya Rp 100 ribu. Kalau sehari satu tim gerobak mendapat uang Rp 1,5-2 juta dibagi 4-6 orang dan dipotong biaya sewa, bersihnya sehari tiap orang bisa dapat Rp 250-300 ribu.

"Lumayan, Mas," kata Luki, yang baru saja menyeberangkan seorang lelaki dengan motornya. Si lelaki duduk di atas motor yang disorong gerobak, sebelah tangannya memegang telepon selular yang melekat ke telinga. Ia berbicara dengan orang lain di ujung sana.

Pemandangan operator gerobak lazim di beberapa tempat yang tergenang air cukup tinggi. Entah kesepakatan dari mana tapi ongkos rata-rata mereka yang terpisah lokasi di Jakarta hampir sama, dari Rp 15 ribu hingga Rp 40 ribu. "Ya ada juga yang coba-coba pasang harga lima puluh ribu, Mas. Kalau orangnya mau ya rezeki kita," Luki bercerita.

Toh, mereka juga ingin banjir segera surut dan kegiatan bisa berlangsung seperti biasa. "Saya lebih suka jualan buah lah," kata Firdaus. Meski selisih dari gerobak lebih banyak. Dan Firdaus bersiap mendorong gerobaknya kembali setelah seorang perempuan datang dengan motornya. Mereka bersepakat di harga Rp 25 ribu.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending