Bagikan:

Air DAS Katingan Masih Berbahaya untuk Dikonsumsi

Kendati Pengelolaan limbah Perusahaan Besar Sawit (PBS) yang bergerak di bidang perkebunan dan perusahaan pertambangan dipastikan aman karena pengelolaan limbahnya sudah baik, namun air yang mengalir melalui Daerah Aliran Sungai (DAS) Katingan belum layak

NUSANTARA

Selasa, 15 Jan 2013 17:13 WIB

Air DAS Katingan

KBR68H, Katingan - Kendati Pengelolaan limbah Perusahaan Besar Sawit (PBS) yang bergerak di bidang perkebunan dan perusahaan pertambangan dipastikan aman karena pengelolaan limbahnya sudah baik, namun air yang mengalir melalui Daerah Aliran Sungai (DAS) Katingan belum layak untuk dikonsumsi.

“Karena, masih ada beberapa pemilik perkebunan sawit dan pertambangan perseorangan yang belum terdata oleh kami, yang justru dapat menimbulkan pencemaran air di DAS Katingan, sehingga berbahaya untuk dikonsumsi,” kata Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Katingan Yurbend.

Ia menjelaskan jenis pencemaran di DAS Katingan diantaranya unsur kimia mercury dan racun pestisida yang ada di dalam campuran pupuk. Lalu, limbahnya larut bersamaan mengalirnya air DAS Katingan dari hulu hingga ke muara Katingan.

Dampak mercury dan pestisida yang larut ini, menurut Yurbend, bukan hanya berbahaya pada manusia saja, seperti menimbulkan penyakit perut dan gatal-gatal, tapi akan lebih berbahaya lagi pada kehidupan beberapa jenis ikan yang dibudidayakan di DAS Katingan.

“Sebab, dengan membaurnya mercury dan pestisida di air tersebut akan memperlambat pembesaran ikan-ikan tersebut, baik jenis ikan nila maupun ikan mas dan jenis-jenis ikan lainnya, bahkan akan menimbulkan kematian pada ikan tersebut,” jelas Yurbend.

Untuk itu, ia  menyarankan agar masyarakat yang tinggal di bantaran DAS Katingan, selain tidak mengkonsumsi air DAS Katingan, juga mengingatkan para pembudidaya ikan yang menggunakan keramba agar selalu waspada.

“Artinya, bila ada gejala pada ikan, saya harapkan secepatnya melapor kepada Dinas yang bersangkutan, sehingga dapat diketahui pula sesegera mungkin penyebabnya, dan cepat pula untuk ditanggalungi,” jelas Yurbend.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending