KBR, Yogyakarta- Ketua MPR RI sekaligus Ketua Dewan Pembina Asosiasi Peternak dan Penggemuk Sapi Indonesia (APPSI), Ahmad Muzani, mendorong anggotanya untuk ikut berkontribusi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang akan diterapkan pemerintah mulai tahun 2025.
Menurut Muzani, salah satu keprihatinan adalah rendahnya konsumsi susu di Indonesia dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara. Hal ini menjadi penyebab kurangnya gizi anak Indonesia, termasuk IQ yang masih di bawah rata-rata.
"Karena itu Pak Prabowo menyadari itu sejak awal. Bagi beliau, upaya untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia kita menjadi sesuatu yang mendesak. Maka program makan siang bergizi adalah sesuatu yang diprogramkan oleh beliau, di satu sisi untuk memperbaiki gizi, di sisi lain untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak awal dan itu sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi," katanya usai Rapat Konsolidasi APPSI di Royal Ambarrukmo Hotel Yogyakarta, Rabu (11/12/2024) malam.
Baca juga:
Muzani menyebut, meskipun biaya untuk menerapkan program MBG ini mahal dan membutuhkan waktu dalam jangka panjang, hal ini penting dilakukan untuk mewujudkan Indonesia Emas di 2045 mendatang. Karenanya, ia bersama anggota APPSI siap untuk berkontribusi dalam program tersebut.
"Iya kita masih menunggu skema yang akan diumumkan oleh pemerintah untuk minum susu bergizi termasuk makan siang. Bagaimana skema makan siang dan minum susu, termasuk harga yang ditetapkan berapa," ungkapnya.
Namun, Muzani juga menyoroti tantangan dalam memenuhi kebutuhan susu nasional. Muzani menjelaskan produksi susu dalam negeri masih jauh dari mencukupi kebutuhan. Diprediksi, produksi susu dalam negeri baru sekitar 22 persen. Angka itu pun disinyalir mengalami penurunan lagi akibat adanya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada sapi.
"Itu pun konon mengalami penurunan lagi sejak PMK. Kita mengalami PMK itu menurun 20 persen lagi. Produksi kita itu kurang lebih 22 persen dari total konsumsi kebutuhan susu nasional. Dari 22 persen katanya mengalami penurunan sekitar 20 persen. Kemarin waktu saya ke Batu dan Pasuruan, di sana rata-rata petani mengalami keluhan produksi susu mereka mengalami penurunan 20-25 persen per hari per ekor, dan itu belum pulih sekarang ini," jelasnya.
Muzani menambahkan, kurangnya produksi susu secara nasional ini menjadikan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian, mengambil jalan pintas untuk segera mendatangkan sumber susu baru yakni susu perah dari Brazil dan Australia.
"Itu sudah dalam proses. Ya harus dilakukan impor, nggak bisa, nggak cukup (ketersediaan susu). Kalau nggak kita mengimpor susu dalam bentuk susu jadi, tapi itu kurang bagus. Baiknya bahannya, karena kalau sapi perahnya yang kita datangkan itu akan menjadi sumber produksi yang bagus pada masa akan datang," terangnya.
Baca juga:
Sebelumnya, Muzani meminta asosiasi yang anggotanya dari berbagai wilayah Indonesia memproduksi susu kemasan 100 ml, 200 ml untuk siswa penerima makan bergizi gratis. Nantinya susu dijual pada unit layanan yang tiap unitnya melayani 3 ribu siswa penerima makan bergizi gratis.
"Berapa hari sekali minum susu. Misalnya buat harga Rp2.500 sampai Rp3.000 agar bersaing. Saya mendukung asosiasi bisa ambil bagian dalam program pemerintah ini, sesuai slogan Tidak Berisik Tapi Asik," imbuhnya.