KBR, Jakarta – Survei dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada September 2023 mencatat dari rata-rata 18 persen atau 36 juta penduduk Indonesia, sebanyak 7 persen atau 2,5 juta orang secara nasional terpolarisasi atau terbelah akibat perbedaan pilihan calon presiden.
Adapun yang disurvei terkait perbedaan pilihan calon presiden itu di antaranya dengan orang tua, saudara, teman dekat, tetangga, teman kerja.
Polarisasi berdampak pada pemilih malas untuk berkomunikasi maupun sekadar tegur sapa dengan anggota keluarga yang berbeda pilihan. Namun, angkanya rendah.
"Hanya 7 dari 100 orang yang terpengaruh oleh perbedaan pilihan politik yang berakibat pada putusnya silaturahmi atau tidak melakukan tegur sapa sesama teman dekat,” kata Saiful, dipantau dari kanal Youtube SMRC TV, Kamis (28/12/2023).
Menurut Saiful, berdasarkan survei tersebut, orang yang terpolarisasi akibat perbedaan pilihan politik itu menyebar tidak terpusat pada satu titik.
Saiful mengatakan jumlah yang mengalami polarisasi relatif sedikit dibanding orang yang tidak terpolarisasi.
Maka dari itu, menurut dia isu adanya polarisasi politik akibat perbedaan pilihan terlalu dibesar-besarkan.
"Menurut saya klaim bahwa polarisasi begitu mengkhawatirkan itu berlebihan bisa-bisa itu menyesatkan, menakut-nakuti keadaan yang bisa menghilangkan daya saing dalam pemilu dan demokrasi kita. Padahal kompetisi itu hakikat daripada demokrasi," ujarnya.
Jumlah responden dalam survei SMRC itu ada 1.054 orang dengan margin of error kurang lebih 3,1 persen dengan metode wawancara.
Baca juga:
- Jelang Pemilu, Jumlah Konten Negatif Politik Meningkat 2 Kali Lipat
- Mahfud Ingatkan Masyarakat Waspadai Politik Identitas
Editor: Agus Luqman