Bagikan:

Inayah Wahid: Jenazah Gus Dur Ditunggu Lautan Manusia

Gus Dur ingin meninggal seperti ayahnya

NASIONAL

Selasa, 30 Des 2014 06:24 WIB

Author

Anto Sidharta

Inayah Wahid: Jenazah Gus Dur Ditunggu Lautan Manusia

Gus Dur, 5 tahun Gus Dur meninggal

KBR, Jakarta – Inayah Wulandari (31), putri bungsu mantan Presiden RI ke-4, almarhum KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur masih ingat benar peristiwa lima tahun lalu, Rabu, 30 Desember 2009. Hari jelang malam, sekitar pukul pukul 18.45 WIB, ayahnya meninggal di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.

Saat itu, Inayah dan kakak-kakaknya tengah berada di rumah sakit. Sebelum Gus Dur meninggal, ia dan kakak-kakaknya kerap bergantian menjaga ayahnya. Begitu ayahnya dinyatakan meninggal, Inayah tak membayangkan akan ada begitu banyak manusia yang masuk ke RSCM.

“Itu yang namanya rumah sakit itu banjir manusia,” cerita Inayah pertengahan Desember lalu. “Sampai kita diusir dari gedung Unit Pelayanan Jantung Terpadu RSCM. Karena menurut pihak gedung, kalau gak keluar gedung bisa runtuh.”

Inayah bercerita, saat hendak turun menggunakan lift dari lantai 5, saking banyaknya orang yang masuk, lift pun tidak bisa berhenti di lantai dasar.

“Kita turun gedung lift-nya sampai jatuh (melebih lantai dasar), menggantung di bawah lantai dasar. Waktu pintu terbuka yang terlihat tembok. Untungnya gak terluka, gak jatuh gak sampai menghantam bagian bawah tapi menggantung. Akhirnya lift ditarik oleh tentara,” kata Inayah.

Lautan manusia, lanjut Inayah, tak berhenti di situ. Selain di rumah, banyak masyarakat yang menantikan rombongan jenazah Gus Dur. Ini terlihat setelah Jenazah Gus Dur dibawa dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur ke Bandara Juanda, Surabaya.

“Waktu kita mendarat di Juanda, dari Juanda sampai Jombang, orang berdiri berjajar nggak putus. Ini yang bikin saya merasa ‘Ya Allah, apa yang dkerjakan Bapak sebegitu besarnya’, volume masyakarat luar biasa. Itu kan hasil dampak perbuatan Bapak,” jelas Inayah.

Di Kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang,  Jawa Timur, pun  lautan manusia sudah menunggu jenazah Gus Dur.  Prosesi pemakaman Gus Dur yang dipimpin oleh Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono diwarnai massa yang berdesak-desakan ingin menyaksikan langsung.

Antusiasme warga untuk menyaksikan pemakaman Gus Dur ini mengingatkan Inayah pada seseorang yang pernah memberi tahu perihal ayahnya. Menurut orang itu, kata Inayah, Gus Dur pernah berkehendak untuk bisa meninggal seperti ayahnya yakni Abdul Wahid Hasyim. Saat ayahnya meninggal, Gus Dur pun menyaksikan juga lautan manusia mengiringi kepergian ayahnya ke liang lahat.

“Dulu waktu ayahnya (Wahid Hasyim, red.) meninggal, Bapak merasa terkejut dan bilang ‘orang segitunya sama ayah saya’. Orang berjejer sampai empat kilometer. Lalu kemudian Bapak bilang, ‘Apa yang lebih baik untuk hidup seperti ini, gak ada (selain berbuat baik)’. Kemudian beliau melakukan sesuatu dan hasilnya 10 kali lipat mungkin,” jelas Inayah.

Hal ini memang dibuktikan Gus Dur. Saat meninggal di usia ke-69 tahun. Jutaan orang merasa kehilangan. Gus Dur dianggap sebagai tokoh yang bisa berdiri di semua golongan dan memiliki semangat toleransi yang kuat. Ini membuat Gus Dur tak takut membela kaum minoritas.

Kini, lima tahun meninggalnya Gus Dur, Inayah dan kakak-kakaknya yakni Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh (Yenny Wahid) dan Annita Hayatunnufus berupaya meneruskan nilai-nilai yang diperjuangan Gus Dur. Salah satunya melalui Gusdurian, tempat berkumpulnya para murid, pengagum dan penerus pemikiran Gus Dur.

“Bagi-bagi tugas sama kakak. Mbak Alisa menangani Gusdurian, Mbak Yenny mulai dari politik praktis, ada Wahid Institute, kakak saya nomor 3 (Annita, red.) misalnya bergerak di bidang antikorupsi,” jelas Inayah.

“Kalau saya sendiri punya Positive Movement untuk anak muda. Bapak kan orangnya ketika membicarakan negara sangat holistik, kami gak mampu. Jadi bagi-bagi tugas.”

Dengan begitu Inayah berharap, walau Gus Dur telah meninggal, hal yang diperjuangkan tidak pernah mati. 


(Baca:  Pendamping Gus Dur: Gus Dur Seperti Google)



Editor:  Citra Dyah Prastuti


Serial tulisan terkait Gus Dur ini kami turunkan dalam rangka peringatan lima tahun meninggalnya tokoh toleransi Indonesia. Selain tulisan, kami juga menyajikan kutipan-kutipan menarik dari Gus Dur.



Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending