Serial tulisan terkait Gus Dur ini kami turunkan dalam rangka peringatan lima tahun meninggalnya tokoh toleransi Indonesia. Selain tulisan, kami juga menyajikan kutipan-kutipan menarik dari Gus Dur.
Perjuangan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) membela hak-hak kelompok minoritas membuat namanya harum tak hanya di dalam, tapi juga luar negeri. Serangkaian penghargaan diterima oleh bekas presiden Indonesia ke-4 itu.
Salah satunya adalah gelar kehormatan sebagai Bapak Tionghoa Indonesia oleh komunitas Tionghoa Semarang, Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong (Rasa Dharma) pada 2004 lalu.
Penghormatan terhadap Gus Dur diberikan dalam bentuk Sinci papan penghargaan yang dipasang di klenteng tersebut. Bagi kaum Tionghoa, Gus Dur dinilai telah berhasil menghapus kekangan, tekanan dan prasangka. Di masa lalu, kaum Tionghoa kerap mendapatkan stigma buruk baik dari pemerintah Indonesia, maupun masyarakat pada umumnya.
Gus Dur juga punya tempat di hati warga Papua. Buktinya, dia mendapat penghargaan dari Dewan Adat Papua (DAP Award) pada November 2006. Gus Dur dinilai telah mengangkat harkat dan martabat rakyat Papua semasa menjabat sebagai Presiden. Acara penghargaan DAP Awards yang diberikan kepada Gus Dur adalah bentuk penghargaan yang pertama kepada orang Indonesia.
Pada 11 Agustus 2006, Gadis Arivia dan Gus Dur mendapatkan Tasrif Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers. Penghargaan ini diberikan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Gus Dur dan Gadis dinilai memiliki semangat, visi, dan komitmen dalam memperjuangkan kebebasan berekpresi, persamaan hak, semangat keberagaman, dan demokrasi di Indonesia.
Pada 21 Juli 2010, meskipun telah meninggal, ia mendapatkan penghargaan Lifetime Achievement Award dalam Liputan 6 Awards 2010. Penghargaan ini diserahkan langsung kepada Sinta Nuriyah, istri Gus Dur.
2010 menjadi panen penghargaan buat Gus Dur. Dia meraih penghargaan Bapak Ombudsman Indonesia dari Ombudsman RI. Ia juga diganjar gelar Tokoh Pendidikan oleh Ikatan Pelajar Nadhlatul Ulama (IPNU) serta Mahendradatta Award 2010 oleh Universitas Mahendradatta, Denpasar, Bali.
Di tahun 2013, Gus Dur mendapat penghargaan "The Indonesian Peoples National Hero" dari Yayasan Anand Asram Ubud, Bali. Penghargaan itu diberikan atas kiprah Gus Dur dalam menegakkan hak-hak sipil di Indonesia.
Gus Dur dinilai tak pernah lelah memperjuangkan hak-hak sipil dan menyebarkan nilai cinta kasih terhadap sesama.
Penghargaan mancanegara
Tak hanya di dalam negeri, negara-negara di dunia juga mengakui kipraah Gus Dur. Pada tahun 1993, Gus Dur menerima Ramon Magsaysay Award, sebuah penghargaan yang cukup prestisius untuk kategori Community Leadership.
Di tahun 2000, Gus Gur mendapat penghargaan Ambassador of Peace dari International and Interreligious Federation for World peace (IIFWP), New York, Amerika Serikat
Nama Gus Dur makin harum di dunia internasional setelah mendapat Culture of Peace Distinguished Award 2003 dari International Culture of Peace Project Religions for Peace, Trento, Italia
Masih di tahun yang sama, Gus mendapat tiga penghargaan, Global Tolerance Award, Friends of the United Nations di New York, Amerika Serikat. Kemudian World Peace Prize Award, World Peace Prize Awarding Council (WPPAC), Seoul, Korea Selatan. Serta penghargaan Dare to Fail Award , yang diberikan oleh Billi PS Lim, penulis buku paling laris "Dare to Fail" di Kuala Lumpur, Malaysia.
Pada 2008, Gus Dur mendapat tiga penghargaan internasional dari tiga lembaga berbeda. Penghargaan pertama didapat dari Simon Wiethemthal Center, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penegakan HAM. Yayasan yang berkantor di New York ini menilai, Gus Dur merupakan salah satu tokoh yang peduli terhadap persoalan HAM. Mereka melihat kegigihan Gus Dur dalam memperjuangkan pluralisme dan multikulturalisme di tanah air.
Penghargaan kedua didapat dari Medal Valor yang berkantor di Los Angeles. Penghargaan ini diberikan karena Gus Dur dinilai punya keberanian membela kaum minoritas. Salah satunya, membela umat Konghucu di Indonesia dalam memperoleh hak-haknya yang sempat terpasung selama era orde baru.
Penghargaan ketiga didapat dari Temple University. Nama Gus Dur diabadikan sebagai nama kelompok studi Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study.
Pada 2013 lalu, Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya memberikan penghargaan kepada Gus Dur, menyejajarkannya dengan tokoh pejuang hak sipil Martin Luther King Jr. yang menegakkan nilai-nilai pluralisme dan hak asasi manusia.
Gus Dur juga banyak memperoleh gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dari berbagai lembaga pendidikan. Di antaranya dari Universitas Thammasat di Bangkok, Thailand, dari Asian Institute of Technology Bangkok, Universitas Twente Belanda, sampai Universitas Sun Moon, Seoul, Korea Selatan.