Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengakui hasil uji kompetensi kualitas guru masih kurang memuaskan. Untuk itu FSGI meminta pemerintah memberikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas dan membereskan tempat guru-guru itu dididik.
Dewan Pertimbangan FSGI, Doni Koesoema mengatakan, selama ini kebijakan pendidikan tak mendukung mengembangkan guru. Menurutnya, banyak guru yang hingga pensiun tak pernah mendapat pelatihan dan dibiarkan berjuang sendiri,
“Yang dibutuhkan pelatihan pengembangan kapasitas mengenai metodologi pembelajaran. Selama ini guru banyak yang kerja sendiri-sendiri, kenapa ngak berbagi ilmu di dalam satu sekolah, kemudian berbagi di tingkat rayon dan seterusnya,” tambah Doni.
Dia menambahkan, untuk meningkatkan kualitas, guru juga butuh sistem yang mendukung kinerja mereka. Tapi selama Kurikulum 2013 masih terapkan, Doni pesimistis hal itu terjadi karena banyaknya kelemahan di kurikulum itu.
“Kalau tetap dijalankan percuma, karena kurikulum 2013 tak relevan dengan pembelajaran di kelas. Kurikulum itu tak pernah dievaluasi oleh guru, evaluasi hanya dilakukan oleh birokrat,” tambahnya.
Masalah lain yang harus dibenahi demi peningkatan kualitas guru adalah menjamurnya lembaga pendidikan guru. Menurut Doni, pemerintah harus mengatur lembaga pendidikan yang liar.
“Saat ini ada 300 lembaga pendidikan, sekitar 200-nya abal-abal. Saat ini adalah 1 juta calon guru, sementara yang akan pensiun 65 ribu. Begitu mereka lulus tak ada pekerjaan.”