KBR68H, Jakarta - Kementerian Pertanian menyatakan siap memfasilitasi kerjasama antara petani ubi kayu dengan pelaku Industri. Kerja sama ini penting agar Indonesia tak lagi mengimpor tepung tapioka (singkong/ubi kayu) dari Thailand, Vietnam, Cina dan juga Jepang. Direktur Budidaya Kacang dan Umbi Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Maman Suherman mengatakan selama ini Indonesia kerap mengimpor tepung tapioka dari negara tetangga karena pasokan ubi kayu dari petani untuk industri tak pernah stabil. Padahal saban tahun jumlah produksi ubi kayu selalu surplus.
"Kita sekarang ke depan akan mengundang swasta-swasta untuk bisa berinvestasi sehingga bisa mengatur produksinya untuk memenuhi kebutuhan pabriknya sendiri. Jadi disamping dari tanaman rakyat, dia juga bisa mensuplai sendiri. Atau kita kerjasamakan antara petani dengan pabrikan, jadi pabrik terjamin bahan baku dan rakyat (petani-red) terjamin harganya," jelas Maman Suherman saat dihubungi KBR68H.
Maman Suherman juga mengklaim Indonesia tak pernah mengimpor ubi kayu dalam bentuk mentah, melainkan produk turunan berupa tepung tapioka. Menurut Maman Suherman, tahun lalu Indonesia impor ubi kayu sebanyak lebih dari 3 juta ton dari Thailand, Vietnam, Cina dan juga Jepang. Setiap tahun produksi ubi kayu di Indonesia 24,6 juta ton, sedang kebutuhan konsumsi hanya 24 juta ton saja. Pengembangan ubi kayu sebagai bahan baku dan penolong berbasis pati untuk kebutuhan industri masih menghadapi sejumlah persoalan. Di antaranya karena penerapan teknologi inovatif yang belum optimal, harga yang kurang bersaing dan makin sempitnya lahan untuk menanam ubi kayu.
Editor: Damar Fery Ardiyan