KBR68H, Jakarta - Asosiasi Perbenihan Bawang Merah Indonesia (APBMI)
memprediksi produksi bawang merah pada Januari 2014 akan melimpah. Itu
sebab, pemerintah diminta tidak ceroboh membuka keran impor bawang
merah. Wakil Ketua Asosiasi Perbenihan Bawang Merah Indonesia (APBMI),
Akat mengatakan puncak panen bawang merah berlangsung pada Januari -
Februari mendatang. Bahkan sebagian petani di Nganjuk dan Probolinggo
sudah mulai memanen komoditas pertanian tersebut. Jika pemerintah terus
mengandalkan kebijakan impor, dia khawatir semangat petani menanam
bawang terus surut.
"Ini
nanti di Januari ini, Pasti diistilahnya kalau orang Nganjuk bilangnya
laguhan. Ini di Nganjuk rata-rata sudah mau satu bulan. Bulan depan
Nganjuk belahan timur sudah ada yang mulai panen. Termasuk Probolinggo
juga ada informasi sudah mulai panen. Ini merupakan suatu pertimbangan
juga untuk melakukan kebijakan. Nanti seandainya jadi, harapan kami
dalam hal kebijakan impor juga harus berhati-hati pula," jelas Akat saat
dihubungi KBR68H.
APBMI mengusulkan tahun depan Indonesia
tak perlu mengimpor bawang merah dari Cina. Meski ongkos produksi
bertambah dari Rp 70 juta menjadi Rp 80 juta per hektar, luas lahan
terus bertambah dan harga benih semakin murah, namun harga bawang merah
di tingkat petani anjlok menjadi Rp 10.000 - Rp 14.000 per kilogram.
Harga ini lebih rendah dari ongkos produksi per kilogram yang mencapai
Rp 15.000. Harga bawang anjlok karena sejumlah perusahaan makanan
mengimpor bawang merah.
Editor: Damar Fery Ardiyan