Bagikan:

Kemenkes: Pneumonia Jadi Penyebab Utama Kematian Balita

Pneumonia ini adalah menduduki urutan pertama dari data BPJS kesehatan tahun 2023

NASIONAL

Senin, 11 Nov 2024 18:29 WIB

Author

Hoirunnisa

balita

Ilustrasi balita pneumonia (FOTO: Kemenkes)

KBR, Jakarta- Pneumonia menjadi salah satu penyakit penyebab utama kematian pada anak di Indonesia. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2021 menunjukkan, hampir 740 ribu anak balita mati karena penyakit ini.

Hal itu diungkap Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Yudhi Pramono, di acara Hari Pneumonia Sedunia, hari ini.

"Pada tahun 2021 dari data WHO menyebutkan bahwa Pneumonia menyebabkan hampir 740.000 kematian pada anak di bawah usia lima tahun. Pada kurun usia 2018 sampai 2022 untuk pembiayaan terhadap penyakit Pernapasan meningkat signifikan dan cenderung naik setiap tahun. Pneumonia ini adalah menduduki urutan pertama dari data BPJS kesehatan tahun 2023. Pneumonia menelan biaya kurang lebih Rp8,7 triliun dan untuk TB Rp5,2 triliun," ujar Yudhi.

Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Yudhi Pramono, menambahkan, perlu peningkatan peran lintas program dan pemangku kepentingan untuk menurunkan angka kematian anak akibat pneumonia.

Upaya lain adalah pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan, imunisasi, termasuk pengendalian asap rokok dan polusi.

Baca juga:

Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs) dalam mengurangi kematian bayi dan balita.

"Mengurangi Pneumonia berat pada balita sebesar 75 persen dibanding dengan tahun 2019," tegas Yudhi.

Hari Pneumonia Sedunia yang diperingati setiap 12 November mengangkat tema nasional "Cegah, lindung, dan obati pneumonia" sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan upaya pencegahan penyakit ini.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending