KBR, Jakarta- DPR menyebut Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT)
gagal menerapkan program Deradikalisasi terhadap bekas teroris di
Indonesia. Itu terbukti dengan terulangnya lagi kasus pemboman di
Samarinda yang dilakukan bekas napi teroris.
Padahal, kata
Wakil Ketua Komisi Hukum DPR, Desmond Mahesa, sesuai aturan, tugas pokok
BNPT adalah membina dan memantau teroris dan
bekas napi teroris.
"Ini adalah mantan narapidana deradikalisasi,
berarti kan BNPT gagal melakukan pembinaan. Lapas gagal melakukan
sosialisasi kemasyarakatannya. Jadi kalau ini terjadi ya kita evaluasi
BNPTnya gitu loh," ujarnya kepada KBR, Senin (14/11/2016).
Desmond
menambahkan kasus bom molotov yang menimpa gereja di Samarindra harus
disikapi pemerintah dengan berbagai kemungkinan. Pertama, kata dia,
apakah aksi tersebut dilakukan pelaku karena memang itu menjadi bagian
dari teror yang dilakukan kelompoknya, ataukah memang ada permainan
politik di balik tragedi tersebut.
"Apakah teror bom dilakukan
residivis dalam kasus yang sama, ini memang ada mainstream bagian dari
tangan teroris yang membuat dia tidak kapok, atau ini bagian dari mainan
politik," ungkapnya.
Sebelumnya, Kepolisian Indonesia menyebut
Juhanda sebagai pelaku pelemparan bom molotov di Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan
Timur. Dia merupakan anggota kelompok teror bom buku di Komunitas Utan Kayu. Kelompok ini dipimpin
Pepi Fernando yang divonis hukuman penjara 18 tahun pada awal
Maret 2012.
Juru Bicara Polda Kaltim Fajar Setiawan mengatakan,
Juhanda pernah menjalani hukuman pidana 3,5 tahun pada 2012, dan
mendapatkan remisi pada lebaran 2014.
Sementara itu,
Pengamat terorisme sekaligus Direktur Eksekutif Yayasan Prasasti
Perdamaian Taufik Andrie menyebut terulangnya teror bom di Samarinda
Kalimantan Timur karena minimnya pengawasan bagi teroris. Menurutnya,
selama ini pemerintah hanya melakukan pengawasan untuk nama-nama
tertentu saja. Seharusnya pemerintah memperkuat data base yang kuat
sebagai bagian dari program deradikalisasi.
Ledakan bom molotov di Gereja Oikumene, terjadi sekitar pukul 10.10 WITA
pagi kemarin, Minggu (13/11). Sebagian jemaat masih dalam gereja
melaksanakan ibadah, sedangkan sejumlah di antaranya berada di area
parkiran kendaraan. Tiba-tiba pelaku datang mengenakan kaus dan celana
hitam melemparkan bom molotov. Bom ini langsung meledak serta melukai
empat orang yang masih anak-anak. Seorang di antaranya, Intan Olivia (2,5 tahun) pagi tadi menghembuskan nafas terakhir lantaran prahnya luka yang diderita.
Editor: Rony Sitanggang