Bagikan:

Penjualan BBM Menurun Sejak Penaikan Harga

KBR, Jakarta - Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) mencatat penurunan penjualan bahan bakar minyak antara 10-20 persen sejak penaikkan harga BBM bersubsidi.

NASIONAL

Minggu, 30 Nov 2014 19:29 WIB

Author

Ninik Yuniati

Penjualan BBM Menurun Sejak Penaikan Harga

BBM, ekonomi

KBR, Jakarta - Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) mencatat penurunan penjualan bahan bakar minyak antara 10-20 persen sejak penaikkan harga BBM bersubsidi. 


Wakil Sekretaris Hiswana Migas DPD III Syarief Hidayat mengakui, terjadi penurunan konsumsi BBM. Ini lantaran, selisih harga antara BBM subsidi dan nonsubdisi relatif tipis, yakni hanya berkisar dibawah dua ribu rupiah.

 

"Tapi kenyataan di lapangan, misalnya begini, penurunan dari yang subsidi itu bukan berarti, misalnya turunnya katakanlah, yang nonsubsidi turun volumenya 20 persen, penjualannya, terus itu beralih ke nonsubsidi langsung 20 persen, itu nggak serta merta begitu. misalnya premiumnya turun 20 persen, di nonsubsidinya naik misalnya hanya 10 persen. Jadi volumenya nggak berpindah, jadi secara total, akhirnya kita turun juga," kata Syarief Hidayat, (30/11).


Syarief Hidayat menduga saat ini banyak konsumen yang beralih membeli ke SPBU milik swasta. Ini dikarenakan, harga yang ditawarkan SPBU Pertamina dan SPBU swasta hampir sama. 


Hiswana Migas juga meminta pemerintah membatasi izin pembangunan SPBU asing. Pembatasan ini merupakan bentuk proteksi pemerintah terhadap bisnis migas dari tangan asing. 


Kata dia, pemerintah seharusnya mencontoh Korea dan Malaysia yang memiliki persyaratan perizinan yang sangat ketat. Pihaknya berharap tim reformasi tata kelola migas pimpinan ekonom Faisal Basri mampu membenahi masalah perizinan ini.

 

"Seharusnya SPBU asing itu dibatasi, tidak terlalu jor-joran diberi ijin untuk mereka punya SPBU di Indonesia. paling nggak, kita harus bisa mencontoh misalnya Korea, coba dicek di Korea, tidak ada SPBU asing di negaranya. Mereka meregulasi karena kan kalau bisnis migas itu, tiap negara berhak memprotek. Karena itu hajat hidup orang banyak. Di Indonesia itu kan kita membuka diri dengan UU Migas," kata Syarief.


Syarief Hidayat menambahkan, keberadaan SPBU asing selama ini menjadi pesaing utama pengusaha migas nasional, mengingat harga yang ditawarkan relatif sama. Syarief mengatakan, penaikan harga BBM bersubsidi bulan ini, diduga lebih banyak menguntungkan SPBU asing. 


Kata dia, banyak konsumen yang beralih ke SPBU asing. Ini berdampak pada penurunan jumlah penjualan pengusaha nasional antara 10-20 persen.


Sebelumnya, 18 November lalu, pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak subsidi sebesar Rp 2000. Penaikkan ini diklaim mampu menghembat anggaran negara hingga Rp 120 triliun.


Editor: Pebriansyah Ariefana

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending