KBR68H, Jakarta - Kementerian Pertahanan membantah penyadapan Australia terhadap pejabat-pejabat Indonesia di 2009 terkait pembelian kapal selam jenis Kilo dari Rusia. Kapal selam ini dianggap strategis menjadi pertahanan air bagi Indonesia khususnya dalam posisi menghadapi serangan militer air sekaliber negara Amerika dan Australia.
Juru bicara Kementerian Pertahanan, Sisriadi beralasan pembelian alat perang dari Rusia tersebut sudah diketahui seluruh negara lewat buku putih militer. Melalui buku tersebut, negara-negara seluruh dunia mengetahui tentang pertukaran dan jual-beli alat perang antar-negara.
"Kalau itu tak perlu disadap, karena kita sudah kasih tahu seluruh negara tetangga kita. Nah, di buku putih itu kan ada. Sama seperti Australia mau bikin apa, itu ada. Kita dikasih tahu di buku putih mereka. Jadi, nggak perlu menyadap, kan sudah kita kasih tahu. Buku putih pertahanan negara, itu merupakan bagian dari diplomasi militer. Dan itu sistem transparansi pergaulan antar komunitas pertahanan seluruh dunia," kata Sisriadi kepada KBR68H, Jumat (22/11).
Sebelumnya, bekas Duta Besar Indonesia di Rusia, Hamid Awalludin menduga penyadapan Australia pada 2009 lalu terkait rencana pembelian kapal selam asal Rusia. Menurutnya, saat itu Australia khawatir dengan kekuatan kapal selam itu.
Pada tahun ini, Rusia berencana menghibahkan 10 kapal selam jenis Kilo untuk Indonesia. Namun Kementerian Pertahanan masih mempertimbangkan untuk menerima hibah tersebut. Kata dia, untuk mendapatkan kapal selam tersebut, pemerintah pun memerlukan anggaran untuk perbaikan atau biaya transportasi dari negara asal.
Baca juga:
Australia Harus Jelaskan Motif Penyadapan
Editor: Suryawijayanti