KBR68H, Jakarta - Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad), TNI Budiman menyatakan, pesawat helikopter jenis MI-17 yang jatuh di Malinau, Kalimantan Utara tergolong baru. Kata dia, helikopter itu baru dibeli TNI pada 2011 lalu. Sebab itu, dia memperkirakan, helikopter tersebut jatuh karena sulitnya medan penerbangan antara Bandara Juwata, Tarakan dan Desa Apoping, Kecamatan Bahau Ulu, Kabupaten Malinau.
“Heli itu juga punya kelemahan, dia itu terbang di atas bantalan udara apabila dia terbang masuk ke dalam celah bukit atau jurang itu tentu sedikit saja ada masalah akan menimbulkan resiko. Jadi ini kita resiko kita menggunakan heli, sedangkan kita tidak bisa menggunakan cara lain,” kata Budiman di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Minggu (10/11).
Budiman menambahkan, proses evakuasi terhadap 13 korban tewas jatuhnya helikopter MI-17 milik TNI Angkatan Darat saat ini dihadang cuaca buruk. Sebab itu, TNI AD memutuskan untuk menunda evakuasi korban pesawat naas tersebut. "Untuk yang masih hidup sudah, yang meninggal karena cuaca dan kapasitas pesawat. Saya sampai saat ini belum dapat laporan terakhir siang ini. Tetapi tadi pagi terakhir enam korban sudah masuk di RS AL," ujar Budiman.
Kemarin helikopter milik TNI AD yang berpenumpang 19 orang jatuh di di Malinau, Kalimantan Utara. Helikopter ini membawa 1.800 kilogram material untuk membangun pos pengamanan di perbatasan Long Bulan Malinau. Saat ini investigasi mengenai penyebab jatuhnya helikopter naas ini tengah dilakukan TNI.
Editor: Damar Fery Ardiyan