KBR68H, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diminta menyinggung peran Amerika Serikat dalam menanggapi surat balasan Perdana Menteri Australia Tony Abbot terkait insiden penyadapan. Pengamat Hubungan Internasional Teuku Rezasyah mengatakan, kuat dugaan Australia melibatkan negara adidaya itu dalam menyadap presiden Indonesia dan lingkaran dekatnya. Namun, ia menyarankan Presiden SBY tidak perlu gamblang dalam menyindir peran Amerika Serikat.
"Teknologi tertinggi di bidang Spionase, Communication, Command, Control, Surveillance and Reconnaissance itu Amerika Serikat yang punya. Mau ngotot-ngototan marahnya kita bukan hanya ke Australia tapi juga ke Amerika Serikat sebetulnya. Kalaupun Australia meminta maaf yang harusnya meminta maaf Amerika Serikat juga karena mencampuri urusan domestik kita. Idealnya kita mengatakan, pelanggaran kedaulatan seperti ini tidak boleh dilakukan oleh negara manapun atas Indonesia. Dengan menggunakan kalimat tersebut itu sebetulnya ditujukan pada negara lain selain Australia," kata Pengamat Hubungan Internasional Teuku Rezasyah ketika dihubungi KBR68H.
Pengamat Hubungan Internasional Teuku Rezasyah menambahkan, Australia juga tidak mungkin menyadap Presiden Indonesia dan lingkarannya tanpa izin Amerika Serikat selaku sekutunya. Kemaren, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima surat jawaban dari Perdana Menteri Australia Tony Abbott soal insiden penyadapan.
Dalam surat sebelumnya, Presiden SBY meminta Abbott memberi keterangan resmi soal aksi yang mengakibatkan memanasnya hubungan kedua negara itu. Namun, Presiden SBY belum mengumumkan pada publik isi surat balasan Perdana Menteri dari partai Liberal tersebut.
Editor : Sutami