Kuncinya, kata Suryadi, membuat membran dari tabung besi yang berfungsi sebagai penahan tekanan gas elpiji sehingga bisa masuk ke karburator secara teratur sesuai dengan kebutuhan. Karburator juga dimodifikasi. Tidak terlampau rumit memodifikasinya, tinggal menanggalkan fungsi pelampungnya. Fungsi pelampung digantikan dengan membran itu.
Pelampung itu kita copot lalu kita masukan semacam membran untuk pengatur masuknya elpiji sehingga tidak terlalu besar masuk ke pembakaran. Tangkinya nanti tangki elpiji kita letakkan di belakang, tempat helm itu, kemudian gas disalurkan ke membran sebelum masuk ke pembakaran. Tabungnya yang tiga kilogram, yang sering dijumpai di pinggir jalan, kata Suryadi.
Suryadi menjamin tidak akan ada kebocoran gas, karena saat sepeda motor dimatikan membran secara otomatis menutup jadi tidak ada sisa gas yang menuju ke karburator.
Ia menambahkan, harga ritel elpiji 3 kilogram di pasaran Rp 14.000 sampai Rp 15.000 per tabung. Harga ini setara dengan sekitar 3,3 liter bensin (dengan harga Rp 4.500 per liter).
Menurut Suryadi, kisaran jarak tempuh 1 kilogram elpiji itu bisa 100 sampai 200 kilometer. Maka, satu tabung 3 kilogram elpiji bisa untuk jarak tempuh berkisar 300 sampai 600 kilometer, sedangkan 3,3 liter bensin hanya untuk sekitar 100 kilometer.
Batan rencananya akan menguji coba teknologi ini pekan depan di Pusat Penelitian Ilmu dan Teknologi (Puspitek) Serpong, Tangerang. Suryadi optimistis program ini bisa berjalan karena gas elpiji sangat mudah didapat.