Bagikan:

Sampah, Ladang Bisnis Menggiurkan

Mendengar kata sampah, biasanya kita langsung membayangkan sesuatu yang kotor dan tidak berguna sehingga harus dibuang. Ternyata, sampah pun bisa menjadi ladang bisnis. Bisnis sampah bukan sekadar mengais-ngais sampah bau di tong sampah atau memunguti pla

NASIONAL

Rabu, 21 Nov 2012 08:09 WIB

Kertas daur ulang tampaknya sedang menjadi primadona. Tengoklah toko-toko yang khusus menjual kertas atau toko alat tulis, beraneka rupa kertas daur ulang terutama yang buatan tangan banyak terpajang. Malahan tidak hanya dalam bentuk kertas, tetapi juga dalam bentuk produk siap pakai seperti kartu ucapan, kotak pensil, pigura, memo dan sebagainya. Inilah yang dibidik oleh Ambardi Nasution.

Ambardi memanfaatkan kertas bekas dan pelepah pisang untuk memproduksi berbagai kerajinan tangan, seperti tas, aneka kotak, kartu nama dan lainnya. Ambardi yakin usaha ini menjanjikan, apalagi pesaingnya masih sedikit.

Aktivitas bisnis dengan komoditi limbah bukan hal yang baru lagi. Namun seiring waktu, jenis kategori limbah yang bisa dibisniskan juga terus bertambah.

Di Kampung Bulak , Klender, Jakarta Timur sampah juga diolah menjadi barang cinderamata. Ada bekas bungkus permen, sabun, pasta gigi, yang sudah disulap warga menjadi tas cantik, dompet, jaket dan berbagai jenis cinderamata lainnya.

Salah seorang pengrajin, Abdul Fatah mengaku hanya dengan modal beberapa ribu rupiah saja, ia membeli sampah plastik. Sampah-sampah ini dicuci dulu selama satu hari. Setelah itu dijemur, lantas dijahit jadi tas, jaket, dompet dan barang lainnya. Yang paling laris, kata Fatah, adalah tas ransel serta dompet untuk perempuan.

Saya menjual barang dagangan ini dari harga 10 ribu sampai 300 ribu rupiah. Peminat cinderamata ini cukup banyak, terutama orang asing, kata Fatah.

Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Jakarta mencatat, sejak 4 tahun terakhir terjadi peningkatan usaha kecil mengolah sampah daur ulang. Mengolah sampah menjadi barang bernilai tinggi memang menjadi alternatif menjanjikan di tengah sulitnya perekonomian saat ini.

Namun menurut pakar masalah teknologi sampah, Sri Bebassari bisnis ini bisa mandeg jika pemerintah tak menunjangnya. Ia mencontohkan perlu adanya sistem yang mendukung untuk memilah-milah sampah sebelum masuk mesin daur ulang.

Meraup keuntungan dari barang bekas menjadi sebuah alternatif daripada menimbunnya di rumah menjadi benda tak berguna dan akhirnya menjadi sampah.

Di tengah kondisi ekonomi negara kita yang sedang lesu, bisnis ini cukup membantu dalam menyerap tenaga kerja. Perputaran penggunaan barang rongsokan yang diperjualbelikan tidak akan habis karena nantinya akan menjadi bahan daur ulang yang siap dipakai lagi.

 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending