Bagikan:

Kubah, Tempat Alternatif Orangutan

Tempat pelepasliaran orangutan yang ideal adalah kembalikan habitatnya ke hutan. Masalah lain yang timbul adalah, bagaimana bagi orangutan yang catat atau tidak sempurna karena berbagai faktor? Mau dilepasliarkan dimana? Itu pula yang menjadi perhatian Ya

NASIONAL

Rabu, 21 Nov 2012 08:09 WIB

Kubah yang dimaksud adalah sebuah gedung raksasa yang luasnya kurang lebih 2 kali lapangan sepak bola dan tingginya 25 meter. Di tengahnya ada pohon artifisial yang bisa menjadi tempat orangutan berinteraksi. Saat ini masih dalam proses pembangunan dan selesai awal 2013. Kubah itu nantinya bisa menampung 200 orangutan yang kondisinya tidak bisa dilepasliarkan kehutan karena beberapa faktor, antara lain cacat (buta, tangannya putus), down syndrom, faktor kesehatan (hepatitis karena akan menular) usia, atau genetis, kata Fery Ardyant dari Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta kepada Green Radio.

Orangutan yang ditampung berasal dari hasil sitaan yang memiliki secara ilegal yang dilakukan Kementerian Kehutanan. Jadi kubah ini berfungsi antara lain untuk penyelamatan, edukasi, dan juga penelitian, tambah Fery.

Dalam kubah itu juga nantinya akan diteliti dengan menggunakan pendekatan IT. Lewat penelitian IT akan dianalisis keinginan orangutan melalui pupil matanya. Jika memang pupil matanya mengindikasikan ia ingin tinggal di kandang akan ketahuan, tambah Fery.

Lahan yang disediakan selain membuat kubah, ditambah lagi lahan terbuka seluas 13 hektar yang dikembangkan untuk program-program rehabilitasi satwa dengan status legal dari Dephut. Fery menerangkan, nantinya kubah itu menjadi kubah terbesar di dunia, guna meneliti dengan teknologi bagi orangutan.

Di dalam area sekitar kubah juga terdapat 120 kandang yang tipenya lebih kecil, berbgai sarana pendukung, dan klinik hewan dan gudang pakan. Diharapkan dari pusat rehabilitasi itu agar dapat mengembalikan orangutan pada habitat alaminya. Yang sulit adalah karena banyak orangutan yang tidak dapat dikembalikan karena terlalu lama dipelihara sehingga perilakunya mengikuti orang tersebut. Dan dipilihnya Yogyakarta karena dianggap strategis khususnya bagi orang utan, terang Fery.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending