Kubah yang dimaksud adalah sebuah gedung raksasa yang luasnya kurang lebih 2 kali lapangan sepak bola dan tingginya 25 meter. Di tengahnya ada pohon artifisial yang bisa menjadi tempat orangutan berinteraksi. Saat ini masih dalam proses pembangunan dan selesai awal 2013. Kubah itu nantinya bisa menampung 200 orangutan yang kondisinya tidak bisa dilepasliarkan kehutan karena beberapa faktor, antara lain cacat (buta, tangannya putus), down syndrom, faktor kesehatan (hepatitis karena akan menular) usia, atau genetis, kata Fery Ardyant dari Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta kepada Green Radio.
Orangutan yang ditampung berasal dari hasil sitaan yang memiliki secara ilegal yang dilakukan Kementerian Kehutanan. Jadi kubah ini berfungsi antara lain untuk penyelamatan, edukasi, dan juga penelitian, tambah Fery.
Dalam kubah itu juga nantinya akan diteliti dengan menggunakan pendekatan IT. Lewat penelitian IT akan dianalisis keinginan orangutan melalui pupil matanya. Jika memang pupil matanya mengindikasikan ia ingin tinggal di kandang akan ketahuan, tambah Fery.
Lahan yang disediakan selain membuat kubah, ditambah lagi lahan terbuka seluas 13 hektar yang dikembangkan untuk program-program rehabilitasi satwa dengan status legal dari Dephut. Fery menerangkan, nantinya kubah itu menjadi kubah terbesar di dunia, guna meneliti dengan teknologi bagi orangutan.