Rencana menjual energi listrik dari sampah ini disambut baik Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Bekasi, Dudy Setiabudhi. Menurut dia, sampah tidak akan lagi dianggap sumber masalah apalagi sumber pencemaran udara. Dengan memanfaatkan sampah menjadi energi listrik, masyarakat akan mendapatkan tiga keuntungan sekaligus.
Yang pertama, kita bisa mengurangi polusi atau gas rumah kaca. Yang kedua, kita bisa energi listrik dari situ. Itu yang kita lihat efek baiknya saja karena untuk bisa mendapatkan gas metan itu kan harus tertutup rapi gitu permukaan sampah itu. Kalau tertutup rapi, maka otomatis lalat tidak akan ada bau juga tidak akan keluar karena tertutup rapi, papar Dudy.
Tak hanya itu, Dudy juga mengatakan, dalam lima tahun ke depan, target memproduksi listrik dari sampah akan mencapai 26 megawatt. Yang artinya bakal bisa mengaliri listrik setengah kota Bekasi. Namun sebelum mencapai target itu, TPA Bantar Gebang bakal melakukan uji coba penggunaan listrik berkapasitas 2 megawatt.
Tim teknis dari PT Navigat Energy, Bastian Bachtiar menjelaskan, tumpukan sampah organik itu nantinya bakal dikeringkan terlebih dahulu sebelum akhirnya dipanaskan dan menghasilkan gas metan.
Jadi sebelum masuk ke gas engine, kita ada filterarisasi jadi gas metan yang masuk sduah bersih. Prosesnya sama seperti bahan bakar jadi ada reaski kimia berubah jadi mekanik. Nanti akan menggerakan generator dan menghasilkan listrik.
Pengamat lingkungan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Rizaldi Poer mengatakan, meski belum mampu mengatasi krisis energi listrik, tapi pendayagunaan sampah ini membantu PLN mengurangi pengeluaran energi listrik ke wilayah Bekasi. Pemerintah setempat harus mendukung aksi ini.
Rizal juga berharap program pendayagunaan sampah menjadi energi listrik bisa dilakukan daerah-daerah lainnya. Agar, persoalan sampah seperti di wilayah Tangerang dan Kabupaten Tangerang Selatan tak lagi terulang, hanya karena sampah yang menumpuk.