Kepala Divisi Energi Baru dan Terbarukan PLN, Muhammad Sofyan mengatakan, saat ini proses persiapan tengah dilakukan di Sukabumi.
Sedang dalam tahap persiapan pengembangan ini ada di Sukabumi. Tahap pertama rencana pengambangannya itu dengan kapasitas 10 MW. Saat ini sudah dalam proses perjanjian jual beli. Karena ini dikembangkan oleh swasta PT Viron Energi. Dan negosiasi finalnya sudah hampir selesai. Harganya cukup kompetitif, harga 870/kwh untuk tahun pertama sampai tahun kedelapan, papar Muhammad Sofyan.
Tapi dia belum bisa memastikan apakah PLTB ini cukup menjanjikan karena potensi angin Indonesia tidak terlalu besar. Kecepatan angin di Indonesia rata-rata antara 2 sampai 6 meter per detik. Padahal PLTB akan optimal bila digerakkan dengan kecepatan 8 sampai 10 meter per detik. Namun kendala ini sedang ditanggulangi melalui pengembangan teknologi terbaru yang akan diterapkan di Sumba, yakni teknologi yang bisa menggerakan turbin dari kecepatan 2 sampai 4 meter per detik.
Bagi Dirjen Energi Terbarukan & Konservasi Energi, Kementrian ESDM, Luluk Sumiarso, gagasan PLN ini sebagai langkah maju seperti diamanatkan UU Energi.
Jadi ada kewajiban kepada Industri, transportasi dan pembangkit tenaga listrik untuk menggunakan bahan bakar nabati. Itu ada kewajiban. Ini prinsipnya adalah menjalankan undang-undang energi. Jadi pada dasarnya diberikan prioritas pada energi terbarukan. Ada barang energi terbarukan terus, kemudian tidak dipakai, kan sayangkan, tambahnya.
Pembangunan satu turbin PLTB diperkirakan menelan biaya sekitar 300 juta rupiah. Kapasitas energi yang dihasilkan sebesar 10 Kilo Watt. Dari satu turbin ini, jika menggunakan turbin buatan lokal, maka pembangkit itu hanya mampu memenuhi kebutuhan sekitar 20 rumah.
Menurut Kasubid Energi Terbarukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Abdul Rosyid, PLN harus memiliki perhitungan yang matang soal ini.
"Dia harus punya data di beberapa lokasi tersebut. Antara potensi dengan kebutuhan. Jadi PLN harus bersedia untuk survei dulu. Jadi tidak seperti memasang genset, ngga pasang sekian itu bisa. Kalau turbin angin itu dia lebih selektif, pemilihan lokasi, ukuran, itu harus tepat. Kalau tidak itu nanti kan percuma buang-buang uang saja, kata Abdul Rosyid.
Solusi yang ditempuh PLN ini mendapatkan apresiasi dari LSM Lingkungan Internasional Greenpace. Catatan Greeanpeace, energi terbarukan Indonesia berlimpah ruah. Bisa dibilang, Indonesia ada;lah super marketnya Sumber Energi Terbarukan di dunia
Kita ini bisa disebut supermarket sumber energi terbarukan di dunia. Kita punya potensi panas bumi terbesar di dunia 40 persen. 28.500 MW, baru dimanfaatkan 1200MW, kurang dari 5 persennya. Kita punya potensi surya yang luar biasa. Kemudian energi angin, di beberapa tempat di wiliyah Indonesia, kecepatan angin rata-ratanya lebih besar dari rata-rata Indonesia. Saya pikir energi terbarukan merupakan pilihan layak, tepat dan murah buat pemerintah Indonesia, papar . Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Arif Fiyanto.
Tapi Arif mengingatkan PLN untuk tidak mengulang kesalahan pemerintah pada proyek pembangunan turbin angin di Nusa Penida Bali. Pada 2007 lalu, pemerintah membangun 9 turbin pembangkit listrik tenaga angin. Tapi hasilnya tak sebanding dengan besarnya proyek. Dari 9 turbin, hanya satu yang berfungsi.