Bagikan:

Jumisih: Tak Peduli Bergelar Profesor, Menaker Yassierli Harus Empati ke Buruh

Sebetulnya gelar apapun ya yang disandang oleh para menteri itu kita enggak peduli, kita sih bodo amat.

NASIONAL

Senin, 21 Okt 2024 10:09 WIB

Author

Fadli Gaper

Menaker

Menteri Ketenagakerjaan Yassierli di Kabinet Merah Putih. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/app/Spt)

KBR, Jakarta - Kalangan buruh berharap Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) yang baru, Yassierli berani membenahi regulasi Ketenagakerjaan yang tidak berpihak pada buruh.

Ketua Bidang Politik Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) Jumisih menegaskan, tidak peduli dengan gelar profesor yang disandang Yassierli. Ia hanya menuntut menteri ketenagakerjaan yang baru itu berempati pada nasib buruh yang semakin tidak sejahtera.

"Nah sebetulnya gelar apapun ya yang disandang oleh para menteri itu kita enggak peduli, kita sih bodo amat. Karena yang kita butuhkan bukan gelar. Kalau semua orang sih bisa mengaku sebagai punya kepakaran dalam dunia ketenagakerjaan. Boleh mengaku git-gitu aja. Tetapi kalau dalam konteks dunia kerja saat ini yang situasinya tidak baik-baik saja dengan ketidakpastian hubungan kerja saat ini, jadi kebutuhannya adalah keberanian untuk bertindak, berpihak, berempati kepada tenaga kerja," ujarnya kepada KBR Media (21/10/2024)

Jumisih menambahkan, carut-marut regulasi Ketenagakerjaan yang tidak pro-buruh merupakan warisan Menteri Ketenagakerjaan sebelumnya.

Sebelumnya, Partai Keadilan Sejahteral (PKS) mengeklaim sebagai pengusul Yassierli sebagai Menteri Ketenagakerjaan kepada Presiden Prabowo.

Menurut PKS, Yassierli adalah akademisi dan profesional. Yassierli tercatat sebagai Guru Besar Fakultas Teknologi Industri di ITB Bandung, dan dinilai punya kepakaran di bidang rekayasa kerja dan keselamatan kerja.

Kemarin (Minggu, 20/10/2024) malam, Presiden Prabowo Subianto mengumumkan Yassierli sebagai Menteri Ketenagakerjaan di Kabinet Merah Putih.

Baca juga:

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending